19 November, Hari Bersejarah Kolaka

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Kolaka--Bagi sebagian kalangan warga awam tak banyak yang mengetahui 19 November adalalah peristiwa yang tercatat dalam sejarah perjalanan daerah Kolaka. Bahkan, sebagian kalangan mungkin hanya mengetahui bahwa 19 November hanyalah sebuah nama salah satu lapangan tempat Upacara Kabupaten Kolaka di Kelurahan Lamokato yaitu lapangan 19 November, atau mungkin hanya salah satu nama kampung di Kecamatan Wundulako yaitu Kelurahan 19 November, atau bahkan hanya dikenal sebagai nama perguruan tinggi terkemuka di Kolaka yaitu Universitas 19 November Kolaka. Padahal dalam sejarahnya, tepatnya 71 Tahun yang lalu, 19 November 1945, dimasa-masa awal kemerdekaan republik ini, para pemuda dan pejuang rakyat Kolaka mencatatkan peristiwa heroik demi Kemerdekaan Bangsa ini. Anggota DPRD Kolaka Bakri Mendong mengatakan, peristiwa 19 November di Kolaka ada nilai yang mengandung jiwa dan semangat proklamasi 17 Agustus 1945. "19 November itu bukan hanya sekedar nama, awwam dan masyarakat Kolaka pada umumnya harus tahu, dan bukan sekedar tahu saja, disitu ada nilai perjuangan Proklamasi 17 Agustus 1945, kita semua dituntut untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dengan pengimplementasian pada tata budaya dan kehidupan sosial kemasyarakatan," ungkapnya yang juga seorang pemerhati sejarah di Kolaka. Ia menjelaskan, bahwa sembilan hari setelah peristiwa arek-arek Suroboyo yang membuat sejarah perlawanan dengan kemenangan pada tentara sekutu yang ingin menjajah lagi Indonesia waktu itu di tahun 1945, pemuda, pejuang dan rakyat Kolaka juga mencatatkan sejarah heroik. "Walau tidak seheroik dan sekolosal di Surabaya, hari itu tanggal 19 November 1945 , Rakyat dan Pemuda Kolaka yang tergabung dengan kelaskaran juga membuat catatan sejarah bertinta emas, mereka menaklukkan dan mengusir antek-antek penjajah yang berkedok sekutu dengan pertempuran berdarah disekitar Kambo Baru ditepi kali atau sungai Meeto Lakundole (Kelurahan 19 November sekarang)," tuturnya. Menurutnya, peristiwa 19 November harusnya dijadikan Ikon dan peristiwa sangat bersejarah yang mewakili semua hari-hari bersejarah dan pertempuran-pertempuran pemuda dan rakyat melawan penjajahan Belanda di bumi Mekongga ini, sehingga 19 November disamping diabadikan sebagai tempat bersejarah, juga diminta masyarakat Kolaka untuk memperingatidan mengenang peristiwa tanggal 19 November setiap tahunnya. "Alhamdulillah tahun ini kita peringati bersamaan dengan hari pahlawan 10 november, dan hari ini pemuda kita membuat kegiatan Napak Tilas, sebuah langkah maju," paparnya. Tak kalah penting menurui Bakri H.M yang juga salah satu Narasumber dalam penulisan Buku Sejarah Daerah Kolaka yang diterbitkan Humaniora Bandung 2009, adalah bagaimana anak bangsa, khususnya putra Kolaka dapat mewarisi jiwa semangat dan nilai yang terkandung didalam perjuangan rakyat Kolaka tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dan bila perlu dimasukkan pada muatan lokal pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Bakri menginginkan agar jiwa dan semangat kepahlawan senantiasa terpatri bagi generasi muda Kolaka, dengan di inplementasikan nyata dilapangan yaitu pemberian nama jalan, tempat umum dengan nama pejuang dan nama Budaya Kolaka. "Kita jangan melakukan pembiaran kepada masyarakat yang seenaknya memberi nama semaunya terhadap jalan dan tempat umum . Kenapa bukan nama pahlawan atau mantan pejuang yang berjibaku dalam Perjuangan Kemerdekaan RI seperti .Madjid Joenoes, Abu Baeda, Tahrir. Ohyver, Bakil Dahlan, Ch.Pingak, Latuma, M.Yasir, Muhiddin.S, M.Hanise, Andi Baso Umar, Andi Muharram, Andi Kamaruddin, Tjokeng ,dll. Atau mantan Kepala Daerah yang sudah almarhum seperti Eddy Sahara, Lappase, Mohammad Noer, H.S.Manomang," bebernya. (cr4/b)
  • Bagikan

Exit mobile version