Pertumbuhan Kredit Bertengger di Angka 13,1 Persen

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Jakarta--Pertumbuhan kredit diprediksi akan bertengger di kisaran 13,1 persen sepanjang 2017. Angka itu meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 8,3 persen. Kalkulasi itu muncul dari tingkat optimisme pelaku pasar tentang perkembangan kredit sepanjang tahun ini. Dari survei perbankan BI yang dirilis Minggu (15/1), responden optimistis kredit akan tumbuh signifikan tahun ini karena beberapa faktor. Misalnya, pertumbuhan kredit akan didorong peningkatan kualitas likuiditas, penurunan suku bunga kredit, dan kondisi ekonomi diprediksi semakin membaik. Meski begitu, secara kuartalan, pertumbuhan kredit baru bakal melambat pada kuartal pertama. Itu terefleksi dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal I 2017 sekitar 74,1 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya 85,6 persen. Pertumbuhan kredit baru itu sesuai pola historis yang melambat setiap awal tahun. Menurunnya optimisme permintaan kredit baru itu terutama akibat permintaan pembiayaan rendah. Prioritas penyaluran kredit kuartal pertama, berdasar jenis penggunaan relatif tidak ada perbedaan. Berdasar sektor ekonomi, prioritas utama sektor industri pengolahan, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Selain itu, kebijakan penyaluran kredit bank pada kuartal pertama diprediksi lebih longgar dari kuartal sebelumnya. Pelonggaran kebijakan kredit itu meliputi pemberian suku bunga kredit lebih rendah dan penurunan biaya provisi. Sedangkan faktor pendorong pelonggaran kebijakan kredit, antara lain, perkiraan kondisi ekonomi lebih baik dan sektor riil memerlukan dukungan pembiayaan. Rata-rata suku bunga kredit rupiah juga diperkirakan menurun seiring penurunan suku bunga dana. Rata-rata suku bunga kredit modal kerja rupiah diperkirakan turun satu basis points (bps) menjadi 12,51 persen per tahun. Kemudian suku bunga kredit investasi turun empat bps menjadi 12,77 persen per tahun, dan suku bunga kredit konsumsi defisit enam bps menjadi15,36 persen per tahun. Hasil survei BI juga menunjukkan untuk jenis kredit konsumsi, penurunan suku bunga kredit tertinggi diramal terjadi pada kartu kredit 56 bps, kredit tanpa agunan minus 17 bps dan kredit multiguna turun empat bps. Hasil survei itu senada dengan perkiraan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara. Sebelumnya, Mirza memprediksi pertumbuhan kredit tahun ini bakal lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit tahun lalu. Alasannya, perbaikan harga komoditas dan perbaikan ekonomi nasional sebagai pendorong pertumbuhan kredit tahun ini. ”Kami lihat, tanda-tanda pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas lebih baik,” ujar Mirza. (jpnn)
  • Bagikan

Exit mobile version