BI Anggap Kenaikan Bunga Deposito Wajar
KOLAKAPOS, Jakarta--Bank Indonesia menilai, kenaikan suku bunga deposito pada akhir 2016 lalu masih wajar. Kala itu, suku bunga deposito mengalami kenaikan sembilan persen. Namun, kebiasaan menaikkan suku bunga deposito seperti siklus yang rutin terjadi setiap pengujung tahun. ’’Karena Desember biasanya mengetat. Begitu juga di pasar PUAB (pasar uang antarbank). Kebutuhan pembayaran pajak dan yang lainnya biasanya meningkat. Tapi, kemudian pada awal tahun berikutnya kembali lagi (bunga deposito kembali turun, Red),’’ kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung akhir pekan lalu. Dia menuturkan, jika ada bank yang khawatir kekurangan likuiditas, hal itu hanya persepsi. Juda menilai, ada sikap traumatis dari perbankan atas kekurangan likuiditas seperti yang terjadi pada September 2016. Ketika itu, nasabah-nasabah besar menarik uangnya untuk membayar uang tebusan tax amnesty. Namun, pada Desember 2016 kebutuhan terkait dengan pajak, tax amnesty, bonus karyawan, dan lain-lain tidak setinggi pada September 2016. Juda mengungkapkan, kenaikan suku bunga deposito dan kekhawatiran likuiditas itu tidak hanya terjadi pada bank umum kelompok usaha (BUKU) 4. ’’Kalau saya lihat, ini kejadian mix. Ada (yang terjadi di, Red) bank besar, ada juga yang (di bank) kecil,’’ jelasnya. Dia menilai, pergerakan bunga deposito pada awal tahun biasanya akan mendekati penurunan suku bunga acuan. Sejauh ini, suku bunga acuan turun 150 basis points (bps). Suku bunga deposito baru turun 122 bps. Jadi, masih ada ruang penurunan suku bunga deposito. ’’Karena kebijakan suku bunga deposito belum fully adjust. BI bakal terus menjaga kecukupan likuiditas memadai sehingga tidak ada persepsi keketatan likuiditas dan bank-bank tidak akan merasa likuiditas ketat,’’ paparnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menyebutkan, rasio likuiditas per November 2016 masih 20,5 persen. ’’Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,4 persen secara year-on-year (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama 2015 sebesar 7,7 persen. Sebaliknya, pertumbuhan laju kredit justru lebih rendah kalau dibandingkan pada 2015, yakni di 8,5 persen (yoy). Pada 2015, pertumbuhan kredit per November tercatat sebesar 9,8 persen (yoy),’’ terangnya. (jpnn)