Tahun Ini Stop Impor Jagung
KOLAKAPOS, Jakarta--Pemerintah berambisi tak mengimpor jagung pada 2018 mendatang. Namun, menurut Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Nandang Sunandar, target itu bisa tercapai tahun ini. Sebab, angka impor jagung turun 66,4 persen pada 2016 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ’’Tahun lalu sebenarnya sudah surplus. Namun, kita tetap melakukan impor sebagai cadangan nasional,’’ ujar Nandang. Produktivitas jagung pada 2016 mencapai 23,2 juta ton dengan kebutuhan konsumsi 20,4 juta ton per tahun. Pada 2017, targetnya bisa memproduksi 29 juta ton sampai 30 juta ton. Asumsinya, kebutuhan jagung nasional naik lima persen. Hingga April mendatang, produktivitas jagung bisa mencapai 12 juta ton. Angka itu dilihat dari hasil produksi Januari dan realisasi tanam Oktober 2016 hingga Januari 2017. ’’Dalam empat bulan saja, sudah bisa produksi lebih dari 50 persen capaian tahun lalu. Jadi, lebih baik tahun ini tidak impor,’’ kata Nandang. Sementara itu, Bupati Lamongan Fadeli mengatakan, kawasan jagung modern di Desa Banyubang tersebut merupakan implementasi dari mempelajari pertanian modern di Amerika Serikat. Hasilnya, produktivitas jagung Lamongan yang sebelumnya rata-rata 5,8 ton per hektare dari hasil ubinan meningkat menjadi rata-rata 10,6 ton per hektare dengan komoditas jagung jenis hibrida. Hasil produktivitas paling rendah hanya delapan ton dan yang tertinggi mencapai 12,71 ton per hektare. Ada sebelas varietas jagung hibrida yang diuji coba, termasuk lima varietas unggulan yang menghasilkan produktivitas lebih dari sepuluh ton per hektare. Dalam beberapa tahun, produktivitas jagung di Lamongan meningkat signifikan. Pada 2015, produktivitasnya mencapai 323 ribu ton per tahun. Tahun lalu terjadi peningkatan hingga 340 ribu ton per tahun. Pada 2017, dengan adanya pilot project pertanian modern, minimal kenaikannya mencapai 50 ribu ton. ’Kawasan ini sebagai upaya kami untuk memberikan contoh nyata bagi petani lain,’’ jelas Fadeli. (jpnn)