Tiga Perampok Spesialis Nasabah Bank Dilumpuhkan
KOLAKAPOS, Surabaya--Tim Anti Bandit Satreskrim Polrestabes Surabaya berhasil melumpuhkan tiga perampok spesialis penggasak nasabah bank.
Mereka adalah, Yunus,36, warga Karang Tembok Gang V/12, Surabaya, Slamet,39, dan Mukhlis,35, keduanya warga Sampang dan Bangkalan, Madura.
Ketiganya diringkus setelah polisi menghajar mereka dengan tembakan yang mengarah ke kedua kaki ketiga perampok itu.
Ketiga tersangka tersebut meringis saat digelandang polisi di depan wartawan. Bahkan salah satu tersangka, Slamet harus ditandu dengan troli lantaran tidak sanggup berjalan, setelah dua tembakan mengenai kedua kakinya.
Slamet terus meronta dan memanggil emaknya saat dia diturunkan dari troli dan diminta duduk di sebuah kursi.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Shinto Silitonga menjelaskan ketiganya diringkus di lokasi yang berbeda.
Pertama tim melakukan penangkapan terhadap Yunus. Dia ditangkap saat akan pulang ke rumahnya usai melakukan aksinya di Jakarta.
Menurut Shinto, Yunus bukanlah pelaku baru sebab dia sudah menjadi daftar pencarian orang (DPO) sejak tahun 2011 lalu.
"Sebab di Surabaya tercatat, ia sudah melakukan perampasan dengan korban nasabah bank di empat lokasi. Yakni Jalan Raya Darmo Permai Indah, Jalan Patua, Jalan Kayoon, Jalan Kertajaya," ungkap AKBP Shinto.
Shinto menjelaskan setelah beraksi di Surabaya, Yunus bersama empat temannya melakukan aksi di Mojokerto dengan sasaran yang sama.
Hanya saja saat itu dia ditangkap oleh Polres Mojokerto dan sempat dihukum beberapa tahun hingga akhirnya dia keluar pada Maret 2017 lalu.
Begitu bebas dari penjara bukannya langsung pulang, Yunus lantas pergi ke Jakarta untuk bergabung ke komplotan perampasan nasabah bank di sana.
"Dua di antara kelompok nasabah bank yang menjadi komplotan Yunus, berhasil kami tangkap hari ini (kemarin, Red). Mereka adalah Mukhlis dan Slamet, namun keduanya belum pernah melakukan aksinya di Surabaya. Selanjutnya, kedua tersangka ini akan kami serahkan ke Polres Jakarta Timur dan Utara," lanjut Shinto.
Dia menjelaskan polisi melumpuhkan ketiganya lantaran melawan saat akan ditangkap. Komplotan yang biasa bermain di lintas wilayah ini juga dikenal sadis saat melakukan aksinya.
Sebab, mereka selalu mempersanjatai dirinya dengan berbagai jenis sajam. Mulai dari badik hingga celurit.
"Aksinya mereka membahayakan anggota, kami pun memberikan tindakan tegas dan terukur dengan melumpuhkan kedua kaki ketiganya," jelasnya.
Perwira dengan dua melati di pundaknya ini mengatakan Slamet dan Mukhlis bukanlah komplotan asli Yunus di Surabaya.
Menurut Shinto, selain Yunus, pihaknya juga sudah menangkap dua temannya yakni Nasir dan Sairi.
Keduanya sudah ditangkap pada tahun 2011 lalu. Sedangkan, dua komplotan lainnya MT dan MS hingga kini masih diburu.
"Sehingga total kompolotan Yunus di Surabaya ada lima orang. Dua pelaku yang masih kabur sudah kami kantongi identitasnya. Saat ini masih dalam pengejaran," paparnya.
Shinto menjelaskan dalam menjalankan aksinya, komplotan spesialis perampasan nasabah bank ini berkeliling mengendarai tiga sepeda motor.
Mereka berbagai tugas, mulai dari mencari dan menentukan sasaran, sebagai joki, eksekutor hingga tim pengipas. Prosesnya, setelah mereka mendapati target, yakni nasabah yang baru saja mengambil uang dari bank, mereka menyusun formasi.
"Dua orang berada di depan, dua orang berada di tengah. Sedangkan satu pelaku lain berada di belakang," jelasnya.
Kemudian ketika melihat target, pelaku yang di tengah dengan berbekal senjata tajam langsung merampas tas atau bungkusan berisikan uang.
Jika korban berteriak atau melawan maka mereka tidak segan-segan melukai korban dengan cara dibacok. Setelah berhasil merebut uang tersebut, mereka lantas kabur.
"Komplotan ini memang cukup profesional namun nekat, sebab mereka tidak memilih tempat. Begitu ada sasaran, mereka langsung beraksi. Hasil yang mereka dapatkan juga cukup banyak, yakni antara Rp 50 juta hingga Rp 200 juta," ungkapnya. Uang hasil kejahatan itu dibagi rata kepada masing-masing pelaku.
Kepada polisi, Yunus mengaku sudah melakukan aksinya sebanyak delapan kali, empat di Surabaya, satu di Mojokerto dan dua lokasi lain di kawasan Jakarta Timur.
Menurutnya, setelah menjadi pelaku perampasan nasabah bank, dia mengenal beberapa komplotan dengan modus yang sama. Sehingga ketika mengetahui dua temannya sudah tertangkap, dia bergabung ke Jakarta.
"Setelah saya keluar penjara, saya menghubungi teman-teman di Jakarta. Di sana saya sempat bermain dua kali dengan hasil Rp 200 juta dan Rp 108 juta," ungkapnya, seperti diberitakan Radar Surabaya (Jawa Pos Group)
Kemudian Yunus membawa hasil perampasan itu ke rumahnya. Rencananya sekalian mudik dan ingin menghabiskan uangnya bersama anak dan istrinya. Namun belum sampai di rumah, dia sudah ditangkap.
Selain Yunus dan dua temannya, polisi berhasil mengamankan barang bukti uang tunai Rp 26 juta, empat handphone (hp) dan beragam jenis jimat yang digunakan oleh para pelaku untuk beraksi. (jpnn)