43.000 Hektar Perkebunan Kakao Bakal Direvitalisasi

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Lasusua--Kejayaan kakao di Bumi Patampanua akan kembali digalakkan dimasa kepemimpinan Nur Rahman Umar dan Abbas, dengan melakukan revitalisasi 43.000 hektar perkebunan kakoo di 15 kecamatan. "Tahun pertama dan kedua masa kepemimpinan saya ini akan melakukan revitalisasi kakao yang menjadi prioritas. Pertimbangan saya karena 80 persen penduduk Kolaka Utara mengharapkan kehidupan ekonominya pada perkebunan kakao, meski kita lihat sektor lain ikut berkembang seperti jasa yakni perdagangan, perikanan dengan empang tapi modal dasarnya semua dari kakao," terangnya. Lebih lanjut dia menerangkan, bahwa selama ini Kolaka Utara telah kehilangan uang kurang lebih Rp3,6 triliun setiap tahunnya, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk kembali mendatangkannya tersebut, sehingga kekuatan ekonomi akan lahir dan apapun masalah ekonomi yang terjadi, seperti masalah ekonomi tingkat Internasioal, Nasional dan regional Kolaka Utara tidak akan berpengaruh karena kuat ekonomi dasar. "Selama ini kita telah kehilangan uang Rp3,6 triliun setiap tahunya, selama ini kita hanya menggantungkan hidup kita pada perputaran uang APBD itu terserap langsung pada masyarakat kurang lebih 10 persen, tidak ada jalan lain kecuali meningkatn ekonomi masyarakat dengan kembali mendorong hasil-hasil perkebunan masyarakat," terangnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kolaka Utara Samsu Ridjal menerangkan, mulai Oktober pihaknya akan melakukan CPCL yakni melakukan survey langsung perkebunan yang akan direvitalisasi di 15 kecamatan, yang terdiri dari 133 desa dan kelurahan. "Kita akan melakukan CPCL yakni pada bulan Oktober sampai Desember dan 1 Januari 2018 kita sudah mulai melakukan peremajaan dengan target kita 43.000 hektar dan target kita satu hektar dapat menghasilkan minimal satu ton kakao satu kali panen dan 1 pohon kakao dapat menghasilkan 3 Kg jika sesuai dengan SOP budidayanya bisa mencapai 3 ton kalau ini tercapai hasilnya sekitar Rp3,6 triliun pertahun dan menjadi target kita adalah kakao yang sudah tua dan tidak produktif dan terserang hama penyakit," terangnya. (cr2/b)
  • Bagikan

Exit mobile version