Bupati Kolut Bahas Revitalisasi Kakao di Seminar Nasional
KOLAKAPOS, Lasusua--Program revitalisasi kakao Pemkab Kolaka Utara mendapat perhatian khusus di Bumi Anoa. Sebab, dalam kegiatan paripurna dewan riset daerah dan seminar nasional yang digelar salah satu hotel di Kendari, kemarin (5/12), Bupati Kolaka Utara Nur Rahman Umar mempersentasekan program revitalisasi kakao yang akan dilaksanakan pada 2018 mendatang.
Kabag Humas Pemkab Kolaka Utara Ramang menuturkan, dalam acara sidang paripurna dewan riset daerah dan seminar nasional dengan tema pengembangan kakao berbasis inovasi dan daya saing daerah itu dihadiri oleh Sekretaris Provinsi Sultra, Dirjen Perkebunan RI, Drs. Dudi Gunadu, M.Si, Kepala Pusat Puslit Koka RI, Dr. Pujiyanto, M.Sc., Kepala Pusat P2K2 Amerika dan Eropa Kemenlu RI, Leonard Hutabarat, P.hd., Direktur Sistem Inovasi Kemenristek Dikti RI, Dr. Ir. Opirtus Sumule, Pimpinan Bank Perwakilan Sultra, Kepala Balitbangda dan anggota Dewan Riset Daerah, Pimpinan SKPD, pelaku usaha, Perbankan hingga peneliti.
"Hari ini (kemarin, red) acara dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 Wita, bapak Bupati Kolaka Utara mempersentasekan programnya di hadapan peserta seminar dan rapat paripurna," katanya.
Sementara itu, Bupati Kolaka Utara Nur Rahman Umar mengungkapkan, dirnya memilih kakao sebagai program unggulan yang dianggap mampu mensejahterakan masyarakat yang dipimpinya, karena kakao adalah komiditi yang sangat dibutuhkan di pasar dunia. Pasalnya, kakao adalah bahan utama untuk pembuatan makanan, kosmetik dan obat-obatan.
"80 persen penghasilan masyarakat Kolaka Utara adalah berkebun kakao, dan kakao ini adalah komoditi yang dibutuhkan pasar internasional. Apabila ini berhasil dan kembali berjaya, maka sektor lainpun akan ikut terdongkrak dengan sendiri, saya yakin dan percaya itu," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, saat ini banyak komiditi lain yang dikembangkan masyarakat Kolaka Utara, namun tidak ada jaminan harga dan pasar, berbeda dengan kakao harga dan pasaran masih tetap menjamin hingga kedepan kakao akan tetap menjadi primadona di pasar tradisional.
"Saya mengangkat kakao ini jadi program unggulan di Kolaka Utara karena ada jaminan pasar internsional, namun saya menyadari sektor perkebunan ini sangat berat, sekitar 78.000 hetar perkebunan kakao Kolaka Utara diantara 78.000 itu 43.000 itu sudah tidak produktif lagi karena faktor usia dan hama," jelasnya. (cr2/b)