20.000 Ton Beras Vietnam Masuk Banyuwangi
KOLAKAPOS, Banyuwangi--Kapal MV Vinaship Diamond yang mengangkut 20.000 ton beras bersandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jatim Kamis lalu.
Kapal berbendera Vietnam dengan panjang 153,3 meter dan GT 14.397 yang membawa beras dalam kemasan bag kargo itu melakukan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Wangi.
Sebelum beras diturunkan, dilakukan pengecekan dokumen maupun segel barang secara bersama.
Pengecekan dokumen dilakukan instansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banyuwangi; Bulog; Bea Cukai; Balai Karantina Pertanian, Kesyahbandaran, dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi; serta agen Sucofindo.
General Manager (GM) PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Wangi Lina Ratnasari menjelaskan, Jawa Timur mendapatkan alokasi pembongkaran beras impor sebanyak 150.000 ton.
Dengan perincian, di Pelabuhan Tanjung Perak sebanyak 130.000 ton dan Pelabuhan Tanjung Wangi sebanyak 20.000 ton.
"Beras tersebut akan didistribusikan kembali ke beberapa wilayah di Indonesia bagian timur dengan kapal berukuran lebih kecil," ujar Lina kemarin.
Untuk mendukung percepatan pelaksanaan kegiatan bongkar beras tersebut, sebagai badan usaha pelabuhan (BUP), PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Wangi telah melakukan persiapan jauh hari sebelumnya.
Selain menyiapkan alokasi tambahan serta bongkar muat dan pelayanan pemanduan penundaan kapal, Pelindo menargetkan proses kegiatan bongkar beras tersebut berlangsung selama 10 hingga 12 hari.
"Sebagaimana batas minimum kinerja bongkar muat yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (DJPL) untuk Pelabuhan Tanjung Wangi, yakni 25 ton per gang per jam (T/G/H)," jelas Lina.
Kepala Bulog Banyuwangi David Susanto menerangkan, pihaknya hanya menjalankan tugas sebagai transit beras impor dengan jumlah 10.000 sampai 20.000 ton.
Selanjutnya, beras ditimbun dulu di gudang Bulog Ketapang I, gudang Bulog Ketapang II, dan gudang Bulog Lemahbang Kulon.
"Selanjutnya, beras kami distribusikan kembali. Untuk saat ini, Banyuwangi cukup beras hingga akhir 2018. Jadi, beras impor yang sedang dibongkar itu hanya transit untuk kepentingan wilayah Indonesia Timur," ucap Susanto. (jpnn)