Di Koltim, Harga Lada Turun Drastis
KOLAKAPOS, Tirawuta -- Nasib petani yang ada di Kabupaten Kolaka Timur saat ini benar-benar terancam. Betapa tidak, kalau sebelumnya yang mengeluhkan penurunan harga yang drastis adalah petani sawah, kini giliran petani lada yang mengeluhkan penurunan harga yang sangat tajam. Parahnya lagi, turunnya harga lada atau merica ini, bukan baru saja terjadi seperti petani sawah ketika masuk musim hujan ini, melainkan sudah berlangsung berbulan-bulan terjadi.
Penurunan harga lada itu dirasakan langsung oleh Ahmad (55). Petani lada asal Kelurahan Welala Ladongi ini menuturkan, awalnya harga lada yang ada di Kolaka Timur mencapai Rp120 ribu perkilonya. Namun untuk akhir-akhir ini, penurunannya hampir mencapai empat kali lipatnya. "Sekarang, hanya berkisar Rp36 ribu perkilonya pak," keluhnya kepada wartawan Koran ini kemarin.
Penurunan harga lada atau merica ini lanjut Ahmad, sudah berlangsung sekitar lima bulan berlalu, dan sudah terjadi penurunan hingga berulang-ulang. Kala itu katanya, dari harga yang dulunya tertinggi mencapai Rp120 ribu perkilonya, turun Rp100 ribu. Lalu, Rp80 ribu, hingga terakhir ini merosot menjadi Rp36 ribu.
"Hampir tiap bulan penurunannya. Kadang, turun Rp10 ribu hingga Rp5 ribu perkilonya. Penurunan ini tidak kenal musim. Baik musim panas, maupun dalam keadaan musim hujan," katanya.
Dengan demikian katanya, pihaknya saat ini mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan. Sebab, ketika kala itu harga lada Rp120 ribu perkilonya, tiap sekali panen bisa menghasilkan sebesar Rp20 juta. Namun dengan harga saat ini, pihaknya hanya bisa menghasilkan tujuh sampai delapan juta rupiah, karena penjulannya sudah dibawah harga.
"Tidak ada alan untuk tidak dijual pak. Kelurga juga butuh makan. Makanya, biar harganya berapa, pasti saya jual. Namun ada juga beberapa petani hingga kini belum menjualnya, untuk menunggu harga naik baru dijual," jelasnya.
Sama halnya yang dirasakan Burhan (55). Warga Kelurahan Welala Kecamatan Ladongi ini menuturkan, kalau dengan harga Rp120 ribu perkilonya, dirinya setiap kali panen bisa mencapai Rp14 juta. Namun dengan harga yang saat ini, hanya bisa mencapai satu atau dua juta rupiah setiap kali panennya.
"Kalau pembelinya pak, rata-rata dari pedagang besar dari Koltim ini. Bahkan ada juga yang pembeli keliling. Namun harganya, paling bawah lagi," katanya.
Selain harga yang rendah katanya, pihaknya saat ini mengalami kesulitan lantaran lada miliknya diserang hama bahkan sampai mati. Dimana, terdapat ulat pada batang, akar membusuk serta ada juga daunnya menguning, sehingga kelihatan kering. Selain itu katanya, modal perawatannya selama setahun sekitar tujuh juta rupiah tidak tercapai dengan hasil yang diperoleh setiap tahunnya, sehingga mengalami kerugian.
"Sekarang pak, petani lada diwilayah ini banyak yang mengeluh. Karena hasilnya tidak sama seperti dulu lagi, sehingga kami berharap kepada pemerintah agar turun melihatnya dan memberikan solusi. Sebab, kalau masyarakat sukses, pastinya pemerintah juga akan ikut sukses," tutupnya. (p/ing)