Pedagang Tagih Janji Pemda
KOLAKAPOS, Kolaka -- Pasca diresmikan pada Februari 2019 lalu, terminal dan pasar baru di Mangolo tampak 'mati suri'. Bagaimana tidak, bangunan yang terletak di Kelurahan Mangolo, Kecamatan Latambaga, Kolaka itu nyaris tak ditemukan aktifitas berarti. Padahal bangunan itu dibangun dengan menelan anggaran negera hingga miliaran rupiah. Kondisi ini pun terkesan mubazir.
Pantauan Kolaka Pos, Kamis (25/4), antara pukul 11.10 hingga 12.20 Wita, di areal terminal baru itu nihil aktifitas. Mobil angkutan dari arah utara Kolaka yang seyogyanya bongkar muatan di sana pada waktu demikian tak terlihat sama sekali. Begitu pun petugas terminal yang berkantor, juga tak tampak batang hidungnya. Sementara di bagian bagunan pasar, lods-lods tampak tak bertuan. Suasana gelap dan senyap menghantui saat wartawan koran ini memasuki lorong masuk lods bagian dalam. Salah seorang penjual di sekitar areal terminal, Ismail (48) mengatakan, kondisi sunyi senyap memang sudah cukup lama terjadi di terminal dan pasar Mangolo. Bahkan menurut hitungan penjual Coto Makassar ini, pasca diresmikan dalam acara Kolaka Expo pada Februari lalu, terminal dan pasar Mangolo sudah tak ada aktifitas lagi. "Peresmiannya kan tanggal 28 Februari lalu, setelah itu sudah beginimi kondisinya, tidak ada lagi kegiatan," ungkap Ismail, kemarin (25/4).
Ismail merupakan salah seorang penjual yang direlokasi dari terminal lama di jalan Pancasila, Kolaka. Ia menjual di terminal Mangolo pada pertengahan Februari 2019 lalu. Awalnya sewaktu direlokasi, Ismail pindah bersama sejumlah penjual lainnya. Namun karena kondisi terminal baru itu sunyi, rekan-rekannya memilih minggat. Kini, tinggal Ismail dan dua penjual lainnya yang masih bertahan. "Itu hari kan memang kita diharuskan pindah, karena terminal di bawah (terminal lama, red) mau tutup. Makanya itu hari kita pindah tanggal 15 Februari. Saat itu juga kita dijanji dengan kepala UPTD bahwa dengan adanya kita di sini maka terminal ini jadi ramai, makanya kita bergegas ke sini. Eh ternyata sampai hari ini tidak ada aktifitas," keluhnya.
Atas kondisi itu, Ismail mengaku sudah beberapa kali mengajukan protes ke pihak pengelola. Namun, hingga saat ini pemerintah daerah dalam hal ini pengelola terminal dan pasar belum juga memberi solusi. Kata Ismail, pengelola hanya memberi janji yang kunjung direalisasikan untuk menghidupkan terminal yang 'mati suri' itu.
Karena hal itu, Ismail bahkan pernah menumpahkan satu dari sekian protesnya dalam bentuk tulisan bermakna sindiran. "Saya sempat pajang coret-coretan di tripleks itu, bahwa terminal sudah tutup. Makanya waktu itu kepala Dinas Perhubungan (Kolaka) pernah datang ke sini. Tapi responnya sama, dia juga janji-janji," ujar Ismail sembari menunjuk papan tripleks bertuliskan 'TERMINAL SUDAH DITUTUP BOS PHP' yang di pajang di salah satu sudut terminal.
Ungkapan senada diutarakan NS, penjual lainnya di areal terminal. NS mengaku, akibat kondisi sunyi omzet jualannya sangat minim, beda sewaktu menjual di terminal lama. "Dulu waktu di terminal lama kita bisa dapat Rp500 ribu sampai Rp700 ribu perhari. Sekarang, aduh untung-untuk dapat pembeli bensin pulang di rumah kasian. Kalau begini terus apami kita bikin ini, kita ini butuh makan juga kasian. Jadi tolong lah pemerintah perhatikan ini," ujar ibu pemilik warung campuran itu.
Baik Ismail maupun NS, mereka sama-sama mengharapkan pemerintah kabupaten Kolaka segera memberi solusi. "Jangan lagi kita dijanji kasian," ucap MS.
- Terminal Bayangan Terdeksi di Beberapa Titik
Mati surinya terminal dan pasar baru Manggolo disinyalir ada hubungannya dengan menjamurnya terminal 'banyangan' di dalam kota Kolaka. Tampak, wartawan koran ini berhasil mendeteksi beberapa titik yang menjadi persembunyian para sopir angkutan untuk menurunkan penumpang. Titik tersebut di antaranya berada di simpang Jalan Merdeka, di salah satu warung makan pojokan. Tempat lain juga terdeksi di eks terminal lama, Jalan Pancasila.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kolaka, Wardi yang dikonfirmasi terkait hal ini tak memungkiri ada korelasi antara mati surinya terminal dan pasar baru Manggolo dengan adanya terminal bayangan. Namun demikian, Wardi mengaku pihaknya tak bisa berbuat banyak, apalagi memberi sanksi kepada para sopir bandel. "Sudah berapa kali kita ingatkan mereka (sopir, red) supaya turunkan penumpang di Mangolo, tapi memang bandel. Mereka langsung mengantar dalam kota," ungkap Wardi saat dihubungi melalui sambungan selulernya kemarin, (25/4).
Lalu mengapa Dishub tidak memberi efek jera dengan memberi sanksi tegas ke para sopir bandel itu? Menurut Wardi, pemberian sanksi itu bukan gawean Dishub, tetapi yang berwenang memberi sanksi adalah pihak kepolisian. "Sebab berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 kewenangan itu ada di tangan kepolisian lalu lintas. Makanya ini yang beratnya, karena kalau kita memberi sanksi harus didampingi teman-teman dari kepolisian," bebernya.
Tak hanya itu, Wardi juga mengaku minimnya jumlah personel yang bertugas mengawasi para sopir menjadi kendala utama. "Tapi kita sudah bikin strategi itu, kita akan melibatkan Babinsa, POM, dan Polisi untuk melakukan penjagaan di Pos," ujarnya.
Dengan strategi seperti itu, sambung Wardi, akan meminimalisir adanya sopir utara yang langsung membawa penumpangnya masuk ke dalam kota. Penumpang harus diturunkan di terminal Mangolo. "Kalau soal pasar itu nanti kita akan bahas sama-sama dengan pihak terkait lainnya. Kita akan cari seperti apa nanti solusinya supaya ramai pasar di sana," ucapnya. (kal/hen)