KOLAKAPOS, Rumbia -- Kekerasan fisik dan seksual pada perempuan dan anak seolah tak pernah tuntas. Di Bombana, hingga Februari ini, tercatat dua kasus kekerasan seksual pada anak. Ironisnya, pelaku merupakan orang dekat korban.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Bombana mengungkapkan, berdasarkan catatan, kasus kekerasan pada perempuan dan anak dominan dilatar belakangi faktor ekonomi dan moralitas. "Berdasarkan analisa kami, dua faktor itu yang menjadi pemicu terjadinya kekerasan seksual pada anak, dan pelakunya sendiri adalah orang terdekat," ungkap Kepala DP3A Bombana, Sitti Sapiah, Jumat (14/2).
Untuk dua kasus terbaru yang terjadi di tahun ini, DP3A kata Sitti, tengah merehabilitasi mental dan mengobati pengalaman traumatik para korban. "Korban kami berikan perhatian berupa hiburan, nasehat dan sebagainya," ungkapnya.
Tidak hanya itu saja mantan kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) pihaknya juga gencar melakukan sosialisasi tentang kekerasan seksual pada anak dan membentuk satuan tugas (satgas) di desa-desa se kabupaten Bombana yang bertugas untuk memantau setiap kejadian kekerasan seksual pada perempuan dan anak
Terkait kasus kekerasan fisik dan seksual, Bombana sebenarnya mencatat tren yang menurun sejak 2018. Jika tahun 2018 tercatat sebanyak 34 kasus, tahun 2019 turun menjadi 14 kasus. Namun demikian, potensi untuk terjadinya hal tersebut tetap tinggi, mengingat sudah dua kasus tercatat tahun ini. Apalagi yang tampak itu biasanya hanya fenomena gunung es yang kemungkinan masih banyak kejadian belum terlaporkan. "Agar pelaku mempertanggung jawabkan perbuatannya, semua kasus kekerasan baik terhadap perempuan dan anak sudah ditangani oleh pihak penegak hukum,jadi kasus ini tidak ada toleransi bagi pelaku, apapun alasannya," tutupnya. (k6)