Menggunakan Ritual Adat, Azhari Diminta jadi Bupati Buteng

  • Bagikan
Ratusan warga Buteng dari berbagai kalangan menempuh perjalanan panjang ke Kolaka hanya untuk mengajak Azhari pulang memimpin tanah kelahirannya, Minggu (7/9) malam. FOTO: Kaulia Ode/ Kolaka Pos

Haji Kamil: Sudah Saatnya Pak Doktor Bangun Kampung Sendiri

KOLAKAPOSNEWS.COM, Kolaka - Kiprah Rektor USN Kolaka, Dr Azhari ternyata tak luput dari amatan warga di tanah kelahirannya, Buton Tengah. Minggu (7/9) malam, ratusan warga Buteng dari berbagai kalangan menempuh perjalanan panjang ke Kolaka, hanya untuk mengajak Azhari pulang memimpin tanah kelahirannya. Tak kurang dari 250 warga Buteng memadati rumah Azhari. Mereka yang terdiri dari perangkat adat, tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh pemuda dan para milenial, datang untuk “melamar” Azhari sebagai calon bupati Buteng pada Pilkada 2022. Bagi mereka, sudah cukup Azhari membangun daerah lain, kini saatnya membangun tanah Buton Tengah.

Tidak sekedar “melamar” begitu saja. Sebagai bentuk keseriusan, Azhari dipanggil pulang kampung menggunakan adat leluhur. Menurut salah seorang tokoh masyarakat Buteng, Haji Kamil, mereka memanggil menggunakan prosesi adat karena Azhari merupakan salah satu putra terbaik Buteng yang sangat diinginkan untuk pulang. "Kami jauh-jauh datang ke sini (Kolaka) dengan satu tujuan, yaitu meminta Pak Doktor (Azhari) pulang kampung. Karena kami pikir sudah saatnya Pak Doktor pulang kampung dan bangun kampung halaman sendiri," kata Haji Kamil dalam diskusi bersama masyarakat yang hadir malam itu.

Hal senada diungkapkan tokoh pemuda Mawasangka, La Yusri. Menurut dia, kini saatnya Azhari pulang membangun kampung dengan mencalonkan diri sebagai bupati Buteng. "Tidak hanya kita yang datang malam ini, tetapi banyak orang di Buton Tengah sana yang tidak sempat hadir menginginkan beliau untuk pulang (ke Buteng). Kita sepakat bahwa sudah selesai lah masa bakti beliau di luar daerah, makanya malam ini kita datang berkelompok disertai para orang tua perangkat adat untuk meminta secara adat pak Doktor Azhari agar bisa pulang natumata liwu (menata daerah, red)," kata La Yusri disambut kata Amiin masyarakat Buteng yang hadir.

Sementara itu, salah seorang politisi Partai Nasdem, La Ode Alim Alam yang juga hadir di rumah Azhari, mengaku datang untuk memenuhi desakan warga di daerah pemilihannya agar membawa pulang Azhari ke Buteng. "Karena masyarakat Buton Tengah saat ini butuh pemimpin yang mengerti pemerintahan, dan Pak Doktor Azhari adalah jawabannya. Apalagi basic pendidikan S3 beliau adalah ilmu pemerintahan," tegas pria yang merupakan anggota DPRD Buteng itu. Dalam diskusi itu pula, para pemuda perwakilan masyarakat dari kecamatan Lakudo, Gu, Sangiawambulu, Mawasangka, Mawasangka Tengah, dan Talaga, kompak menyampaikan kesiapannya mendukung penuh Azhari maju pada Pilkada Buteng mendatang. Mereka menegaskan, siap mengusung Azhari menuju 01 Buteng baik melalui jalur independen maupun menggunakan partai politik.

Sementara puluhan tokoh adat tampak duduk menggelar ritual adat terlebih dahulu sebelum menyampaikan pernyataan. Beberapa saat kemudian, mereka menyatakan dan memutuskan Azhari wajib pulang kampung maju jadi calon bupati Buteng. Pernyataan itu disambut sorak masyarakat yang hadir. Bahkan beberapa diantaranya tampak meneteskan air mata. Azhari yang duduk di tengah-tengah juga tak bisa menyembunyikan rasa harunya dengan mata berkaca-kaca.

Azhari mengatakan, jauh sebelum dimintai secara langsung di kediamannya, dirinya sudah sering kali dihubungi masyarakat untuk maju di Pilkada Buteng. Namun, permintaan itu selalu ditolak karena berbagai alasan. "Tetapi karena malam ini saya diminta langsung oleh tokoh-tokoh adat, maka tidak ada alasan bagi saya untuk menolak, saya harus siap (maju di Pilkada Buteng). Karena kalau saya menolak permintaan para tokoh adat ini, saya bisa kualat nanti," ucap Azhari disambut sorak takbir.

Ia mengungkapkan, kedatangan ratusan masyarakat Buteng tersebut di luar dugaannya. Sebab sebelumnya, ketika dihubungi untuk maksud kedatangan tersebut ia hanya meminta beberapa orang saja untuk perwakilan. "Saya tidak tahu bagaimana mereka mengorganisasi diri untuk datang disini. Yang jelas waktu saya dihubungi dan mereka mau datang disini, saya minta perwakilan saja. Tapi ternyata yang datang ini di luar dugaan, mereka datang lengkap dengan perangkat adat," ujarnya.

Adapun para tokoh adat yang hadir terdiri dari tokoh adat Bombonawulu, Wasilomata, sara Lolibu, dan Mone. Azhari mengatakan, bersatunya para perangkat adat tersebut untuk mendukung satu calon kepala daerah merupakan sejarah baru di Buteng. "Tokoh adat yang hadir ini representasi dari seluruh tokoh adat di Buteng, bisa dikatakan 75 persen. Dan bersatunya tokoh-tokoh adat ini belum pernah terjadi di wilayah Buton Tengah, sekarang mereka gabung untuk datang meminta saya (jadi Cabup), dan saya sebagai orang adat harus menuruti permintaan ini," katanya.

Kendati demikian, Azhari mengatakan kepastian maju tidaknya di Pilkada Buteng akan ditentukan melalui dukungan masyarakat Buteng sendiri. Karenanya ia meminta masyarakat yang hadir malam itu untuk mulai menggalang dukungan masyarakat Buteng melalui formulir B.1-KWK perseorangan. Apabila hasilnya didukung oleh masyarakat mayoritas ia memastikan maju. Sebaliknya, apabila hanya memperoleh dukungan minoritas maka ia tidak maju. "Kalau memang masyarakat sudah menginginkan saya secara mayoritas untuk meminta saya menjadi bupati memimpin mereka, maka itu sudah kewajiban saya untuk pulang. Tapi seandainya itu tidak terpenuhi berarti belum saatnya saya pulang berkarir disana, dan saya akan melanjutkan karir sebagai ASN atau beristrahat dulu," ujarnya.

Untuk diketahui, diskusi antara Azhari dan masyarakat Buteng malam itu berlangsung sekira 5 jam dan dipantau oleh sejumlah aparat kepolisian Sektor Kolaka. Masyarakat yang hadir terlihat mematuhi protokol kesehatan, seperti mencuci tangan dan menggunakan masker. (kal)

  • Bagikan

Exit mobile version