KOLAKAPOSNEWS.COM, Kolaka - Warga Kolaka mengeluhkan kelangkaan gas elpiji 3 kg yang telah terjadi beberapa pekan. Kalaupun ada, gas melon ditingkat pengecer dijual dengan harga yang "mencekik".
Dewi, salah seorang warga kelurahan Lalombaa mengaku kesulitan mencari gas elpiji 3Kg. Ia terkadang harus mencari hingga ke kelurahan lain untuk mendapatkan gas melon. Itupun, harganya mencapai Rp40 ribu. "Sudah mahal, sulit lagi kita dapatkan," ungkapnya, Rabu (26/7).
Ibu rumah tangga ini mengatakan, gas melon mulai sulit ditemui dan harganya naik di Kolaka usai Idul Adha. Menurut kabar yang ia dengar, banyak gas melon yang saat ini diselundupkan ke kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah karena harganya yang lebih mahal. "Katanya di Morowali harganya sampai seratus ribu satu tabung, makanya banyak yang diselundupkan kesana," katanya.
Sementara itu, salah satu agen gas di Kolaka, PT Kolaka Putra memastikan distribusi elpiji 3 kg ke pangkalan berjalan normal. Ia menyebut perusahaannya melayani 136 pangkalan yang tersebar 12 kecamatan di Kolaka. "Jatah elpiji 3 kg tiap pangkalan normal. Tidak ada yang dikurangi, masih sama dengan jatah sebelum-sebelumnya. Harganya juga sesuai HET, yaitu Rp20 ribu dari pangkalan ke konsumen" kata staf administrasi PT Kolaka Putra, Ahmad Aksari via seluler.
Dia menjelaskan saat ini PT Pertamina lagi gencar-gencarnya menerapkan teknis pendistribusian isi ulang elpiji 3 kg agar tepat sasaran. Pembelian gas 3 kg di pangkalan dilakukan melalui pendataan aplikasi digital Merchant App MyPertamina Lite. "Masyarakat yang membeli elpiji 3 kg harus membawa KTP untuk memastikan layak tidaknya menerima gas subsidi. Jadi, kalau ASN atau TNI-Polri itu datanya ditolak sistem," ujarnya.
Terkait dugaan adanya pangkalan yang mendistribusikan elpiji 3 kg ke luar daerah, Ahmad Aksari meminta masyarakat segera melaporkan ke agen atau pihak Pertamina dengan membawa bukti seperti foto dan video. "Kalau memang terbukti, maka kita PHU (pemutusan hubungan usaha)," tegasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kolaka Achiruddin mencurigai kelangkaan elpiji 3kg karena adanya permainan di tingkat pangkalan. Sebab menurutnya, suplai elpiji 3kg dari Pertamina ke agen terpantau lancar.
Sesuai regulasi, gas elpiji 3 kg harusnya hanya diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu. Nyatanya di lapangan kata Buyung -sapaan akrab Achiruddin, pangkalan juga diduga melayani masyarakat menengah ke atas serta dijual kepada pihak lain yang menyalahi regulasi. "Kenyataan sekarang siapa saja bisa beli, biar PNS. Padahal sebenarnya PNS dan warung-warung (pengecer) tidak bisa dilayani," ujar Buyung ditemui di kantornya, Selasa (26/7).
Tak hanya itu, Buyung juga curiga ada pangkalan yang mendistribusikan gas elpiji 3 kg ke luar daerah. "Ada laporan bahwa tabung gas ini dibawa ke tempat lain, tapi ini belum terbukti hanya indikasinya ada," ujarnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Buyung mengaku sudah melayangkan surat peringatan kepada agen gas di Kolaka. Harapannya, agar agen bisa menekan pangkalan untuk menyalurkan gas elpiji 3 kg tepat sasaran. "Saya sudah menekan agennya, karena kami tidak bisa menekan pangkalannya. Saya sampaikan ke agen melalui surat bahwa tolong disampaikan ke pangkalan-pangkalannya jangan menjual sembarang itu tabung gas elpiji 3kg. Harus sesuai regulasinya," tegasnya.
Buyung juga sudah menghubungi Pertamina untuk bersama-sama melakukan sweeping di lapangan. "Kalau ada pangkalan yang ditemukan terbukti menyalahgunakan gas elpiji 3 kg, kita rekomendasikan ke Pertamina agar dicabut izinnya," tegasnya. (p1/kal)