Ekonomi hijau atau green economy menjadi salah satu transformasi ekonomi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah meluncurkan Green Economy Index (GEI) untuk mengukur capaian penerapan ekonomi hijau di Indonesia. Ada 15 indikator penilaian yang terbagi atas tiga pilar yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Konsep ekonomi hijau adalah sebuah pendekatan pembangunan ekonomi yang mempertimbangkan aspek lingkungan sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terjadi tanpa merusak atau mengurangi kualitas lingkungan. Konsep ekonomi hijau tak sekadar melindungi lingkungan, tapi mendukung kemakmuran ekonomi yang berkelanjutan. Dengan cara ini, ekonomi hijau membuka peluang baru, mendukung inovasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat dan lebih adil bagi semua elemen.
Lalu, bagaimana implementasi ekonomi hijau di Sulawesi Tenggara?
Sulawesi Tenggara dapat mempercepat progres peningkatan green economy melalui pemberdayaan dan pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR). CSR bisa menjadi kunci utama keberhasilan mewujudkan ekonomi hijau. Peran penting pemerintah daerah dan seluruh stakeholder dalam mengawasi perusahaan-perusahaan (khususnya di bidang pertambangan) untuk mengoptimalkan pemenuhan kewajibannya di bidang CSR. Dibutuhkan pengelolaan CSR yang holistik dan berkelanjutan agar benar-benar implementasinya tepat sasaran.
CSR dalam konteks ekonomi hijau dapat menciptakan beragam inovasi baik penggunaan sumber energi terbarukan, pengurangan sampah pabrik, maupun pengembangan produk-produk ramah lingkungan. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap alam, tapi juga membuka peluang kerja baru di sektor-sektor ramah lingkungan. Misalnya, sebuah perusahaan bisa mengurangi pemakaian plastik dan beralih ke bahan yang lebih ramah lingkungan. Langkah ini tidak hanya baik untuk bumi, tapi juga menarik bagi konsumen yang kian sadar akan isu lingkungan.
Investasi dalam teknologi hijau dan praktek sustainable tidak hanya menguntungkan lingkungan, tapi juga memberikan keuntungan ekonomi. Perusahaan yang menekankan pada prinsip-prinsip ekologi seringkali melihat peningkatan dalam efisiensi, pengurangan biaya jangka panjang, dan penerimaan yang lebih baik dari masyarakat. Ini adalah strategi menang-ganda, dimana perusahaan tidak hanya bertanggung jawab sosial, tetapi juga memperkuat posisi mereka di pasar.
Ambil contoh perusahaan X yang berinvestasi dalam energi solar. Tidak hanya mereka mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga menekan biaya energi dalam operasional mereka. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana kegiatan CSR yang fokus pada keberlanjutan dapat memperkuat ekonomi perusahaan sekaligus memberikan manfaat besar bagi planet.
Dua contoh spesifik dari perusahaan yang telah sukses melaksanakan CSR hijau seperti IKEA, raksasa ritel perabot asal Swedia, telah lama dikenal dengan komitmennya terhadap keberlanjutan. Salah satu fokus utama dalam program CSR mereka adalah penggunaan energi terbarukan. Sejak beberapa tahun lalu, IKEA telah berinvestasi dalam energi surya dan angin secara besar-besaran. Hingga saat ini, IKEA telah menginstalasi panel surya di hampir semua toko dan fasilitasnya di seluruh dunia. Lebih dari itu, IKEA juga memiliki beberapa turbin angin dan bahkan telah mencapai target produksi energi terbarukan yang melebihi total konsumsi energi dalam operasional global mereka. Ini tidak hanya menunjukkan komitmen mereka terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi perusahaan lain dalam mengurangi jejak karbon.
Patagonia, perusahaan pakaian outdoor yang berbasis di Amerika, terkenal dengan komitmennya terhadap keberlanjutan. Perusahaan ini mengambil langkah-langkah besar dalam CSR dengan fokus pada produksi yang ramah lingkungan dan etis. Patagonia menggunakan bahan daur ulang dan organik dalam produknya dan secara aktif mendorong pelanggan untuk memperbaiki pakaian alih-alih membeli yang baru. Program "Worn Wear" mereka adalah inisiatif yang memperbolehkan pelanggan untuk mengembalikan pakaian Patagonia yang sudah tidak digunakan untuk dijual kembali atau didaur ulang. Inisiatif ini tidak hanya mengurangi limbah dan penggunaan sumber daya, tetapi juga mengajarkan kepada konsumen tentang pentingnya keberlanjutan dalam konsumsi fashion.
Di Indonesia, PT East Java Power Indonesia, anak perusahaan dari PLN (Perusahaan Listrik Negara), telah mengambil langkah signifikan dalam menerapkan energi terbarukan sebagai bagian dari program CSR mereka. Perusahaan ini mengoperasikan beberapa pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan tenaga surya (PLTS) yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Inisiatif ini tidak hanya mendukung program pemerintah Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil tetapi juga menunjukkan komitmen PLN dalam mendukung pengembangan energi bersih.
PT Indofood, salah satu produsen makanan terbesar di Indonesia, telah mengimplementasikan berbagai program CSR yang berfokus pada keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan. Melalui program-program seperti penggunaan air yang efisien, pengelolaan limbah secara bertanggung jawab, dan reboisasi, Indofood berupaya mengurangi dampak operasionalnya terhadap lingkungan. Perusahaan ini juga terlibat dalam berbagai inisiatif untuk mempromosikan pertanian berkelanjutan di antara para petani yang menyuplai bahan baku mereka, menjamin bahwa praktik-praktik ini mendukung pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kualitas hidup petani.
Kedua perusahaan ini menunjukkan bahwa komitmen terhadap lingkungan bisa diintegrasikan dalam operasional perusahaan dan berkontribusi terhadap ekonomi hijau di Indonesia. Melalui kegiatan CSR yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan, perusahaan bisa menjadi bagian dari solusi terhadap masalah lingkungan global. Kegiatan ini tidak hanya membantu perusahaan memenuhi tanggung jawab sosial mereka, tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Jadi, CSR bukan hanya soal memberi kembali kepada masyarakat, tapi juga tentang membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih baik.
Seiring dengan perkembangan ekonomi hijau (green economy), kini muncul istilah baru yakni ekonomi biru (Blue Economy). Perbedaannya tipis. Ekonomi hijau merupakan pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan penurunan risiko kerusakan lingkungan, sedang ekonomi biru merupakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di sektor kelautan. Sangat cocok di Sultra sebagai daerah maritim dengan luas perairan (laut) 110.000 km² (11.000.000 ha) sedangkan wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha). (iskandar.faperta@uho.ac.id.)