Pemimpin Cerdas, Masyarakat Berdaya

  • Bagikan

Gendang pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) sudah ditabuh. Serentak seluruh Indonesia. 35 provinsi, 98 kota, dan 416 kabupaten. Masyarakat memiliki hak suara dalam menentukan pemimpin yang cerdas bagi daerahnya masing-masing.

Saatnya masyarakat harus cerdas dalam menentukan sikap. Jangan terpedaya dengan iming-iming sesaat yang akan ditukar dengan kesengsaraan lima tahun. Pemilih harus jeli melihat kandidat pemimpin cerdas dan visioner yang mampu membawa masyarakat berdaya dan sejahtera di masa mendatang. Pemimpin yang memiliki visi mengembangkan pembangunan berkelanjutan dengan misi yang selalu pro terhadap kepentingan rakyat.

Di Indonesia saat ini, kita sering melihat fenomena kepemimpinan yang tidak selalu sejalan dengan harapan masyarakat. Banyak pemimpin masih terjebak dalam pola pikir lama. Tergiring pada kepentingan pribadi atau kelompok. Banyak kebijakan yang kurang berpihak pada masyarakat luas. Bahkan meruntuhkan nilai-nilai demokratis demi kepentingan agenda politik tertentu. Misalnya, kebijakan yang diterapkan dalam penanganan isu-isu kesehatan, pendidikan, dan lingkungan seringkali tidak berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat, melainkan hanya sekadar menggugurkan janji politik.

Sementara, tantangan zaman agar masyarakat bisa berdaya dan mandiri kian mendesak. Kemajuan teknologi dan akses informasi semakin terbuka, tapi masih banyak aspirasi masyarakat terabaikan. Partisipasi masyarakat dalam politik dan pemerintahan masih rendah, yang mengindikasikan adanya kesenjangan antara pemimpin dan rakyat. Banyak yang merasa apatis dan kurang percaya bahwa aspirasinya dapat mempengaruhi kebijakan publik. Fenomena ini menunjukkan bahwa ada masalah mendasar dalam komunikasi antara pemimpin dan masyarakat.

Tentunya, lahirnya pemimpin yang cerdas dan visioner diharapkan dalam pesta demokrasi ini. Rahimnya adalah masyarakat itu sendiri. Pemimpin cerdas akan lahir dari pemilih-pemilih cerdas. Masyarakat harus mampu memilah dan memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi juga kepekaan sosial dan empati terhadap masyarakat. 

Pemimpin yang cerdas tidak akan efektif tanpa dukungan dari masyarakat yang berdaya. Masyarakat yang berdaya adalah mereka yang aktif, kritis, dan berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Tanpa masyarakat yang berdaya, pemimpin cerdas tidak akan mampu mencapai perubahan yang diinginkan.

Dalam memutus mata rantai problematika tersebut, ada beberapa pendekatan bisa diterapkan. Pertama; memperkuat pendidikan politik dan sosial di tingkat akar rumput. Pendidikan ini bukan hanya tentang pemahaman terhadap sistem politik, tetapi juga bagaimana masyarakat bisa lebih kritis dan aktif dalam menyuarakan hak-haknya. Pemerintah dan organisasi masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk menyediakan program pendidikan yang mudah diakses dan relevan dengan kebutuhan lokal. Sehingga masyarakat dapat lebih memahami pentingnya partisipasi mereka dalam proses demokrasi.

Kedua; memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Platform digital dapat digunakan untuk menjembatani komunikasi antara pemimpin dan masyarakat. Memungkinkan dialog dua arah yang lebih terbuka dan jujur. Aplikasi dan situs web pemerintah dapat dirancang untuk memfasilitasi partisipasi warga dalam memberikan masukan terhadap kebijakan yang sedang dirumuskan. Dengan cara ini, masyarakat dapat lebih terlibat dan merasa bahwa suara mereka benar-benar dihargai dan diakomodasi.

Ketiga; membangun budaya kolaboratif antara pemimpin dan masyarakat. Pemimpin harus lebih proaktif dalam mendengarkan aspirasi masyarakat dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Dialog dan musyawarah yang inklusif harus menjadi bagian dari kebijakan publik. Dengan memperkuat hubungan ini, pemimpin dapat memastikan bahwa setiap kebijakan yang dibuat benar-benar mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Hanya dengan kerja sama yang erat antara pemimpin yang cerdas dan masyarakat yang berdaya, kita bisa membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera. (iskandar.faperta@uho.ac.id.)

  • Bagikan

Exit mobile version