KOLAKAPOSNEWS.COM, KENDARI - Badai elnino tahun 2024 cukup berdampak pada sektor pertanian di Indonesia. Potensi gagal panen cukup tinggi. Badai elnino sangat berdampak pada potensi gagal panen terhadap sejumlah tanaman pangan semusim yang mengandalkan air. Misal, padi, jagung, dan tanaman semusim lainnya.
Meski demikian, hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Tenggara mampu menghadapi gempuran elnino dari sektor peningkatan produksi beras tahun 2024. Di tengah badai elnino, Sulawesi Tenggara berhasil menduduki peringkat keempat tertinggi secara nasional. Produksi beras di Sultra mencapai 317,56 ribu ton hingga September 2024. Ada peningkatan sekira 42,25 ribu ton dibanding produksi beras tahun 2023. Bahkan, proyeksi produksi beras di Sultra hingga Desember 2024 diperkirakan mencapai 552,87 ribu ton. Sementara tahun 2023, Sulawesi Tenggara hanya berada pada angka 479,41 ribu ton capaian produksi berasnya.
Kesuksesan Sultra lolos dari badai elnino dan tetap mencatat surplus beras tahun 2024 tak lepas dari strategi Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distannak) Sultra. Mereka terus bergerak membantu kesulitan yang dihadapi petani. Distannak mengambil langkah cepat mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim (DPI) elnino.
"Semua ini tidak lepas dari atensi Bapak Pj. Gubernur yang terus mengawal agar Sultra mempertahankan produksi tanaman pangan, khususnya padi di tengah kondisi elnino sekalipun. Beliau (Pj. Gubernur Sultra, red) sangat optimis bahwa kondisi surplus beras tetap bisa dipertahankan. Alhamdulillah, optimisme itu bisa diwujudkan dan Sultra tetap surplus beras tahun 2024," ungkap Dr. La Ode Muh. Rusdin Jaya, S.I.P., M.Si., Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra.
La Ode Muh. Rusdin menambahkan, secara teknis, Distannak Sultra mengambil langkah-langkah solutif dalam menghadapi elnino. Pertama, Mengatur Pola Tanam. Pengaturan pola tanam perlu mempertimbangkan kondisi kesehatan tanah, iklim, dan aspek irigasi. Pendisiplinan dan penertiban kesepakatan tata tanam harus disosialisaskan, serta kemungkinan pemberian sangsi pada pelanggaran yang dilakukan. Pemilihan varietas padi juga adalah hal penting agar sesuai dengan kondisi ketersediaan air.
Kedua, Memberikan bimbingan kepada petani untuk tidak memaksakan diri menanam tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Petani juga perlu disarankan untuk mengadopsi pola dan strategi tanam yang sesuai dengan kondisi tanah kering. Ketiga, menggunakan teknologi dengan memberdayakan stasiuan BMKG, optimalisasi bantuan pompanisasi, rehabilatasi saluran irigasi, serta memberikan benih padi anti kekeringan.
"Keempat, petani perlu diberikan edukasi yang intens bahwa pola tanam dapat diterapkan secara baik dan tepat serta memberikan hasil yang maksimal sangat tergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanah, ketersediaan air, pemeliharaan dan lain sebagainya," jelasnya.
Pj. Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto mengungkapkan, saat dampak elnino (kekeringan) melanda, Angka Sementara Kerangka Sampel Area (ASEM KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka produksi beras Sultra 2024 lebih tinggi dari tahun 2023. Berdasarkan rilis BPS, Sultra pada peringkat ke-4 untuk peningkatan produksi tertinggi secara nasional.
“Sebuah keberhasilan akan tercapai jika diawali dengan perencanaan yang baik dan belajar dari pengalaman tahun sebelumnya. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara akan terus meningkatkan kinerja untuk mengatasi setiap persoalan yang dihadapi oleh petani. Capaian ini merupakan hasil kerja keras dan kerja cerdas para pihak terkait dalam peningkatan produksi beras di Sultra. Terkhusus Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, saya ucapkan terima kasih atas kerja keras dan kerja cerdasnya," ucap Andap. (KPN)