Pemimpin Baru: Asa Wujudkan Desa Cerdas dan Sehat

  • Bagikan

Pemilihan gubernur dan bupati/walikota di Sulawesi Tenggara telah usai. Pemimpin baru diharapkan membawa asa baru bagi masyarakat. Proses demokrasi ini tidak hanya menjadi simbol partisipasi masyarakat dalam menentukan pemimpin, tetapi juga menjadi titik awal untuk mewujudkan perubahan yang nyata di daerah. Dengan pemimpin baru yang telah terpilih, masyarakat Sulawesi Tenggara menanti langkah-langkah strategis yang mampu menjawab tantangan lokal, khususnya di desa-desa yang masih menghadapi berbagai keterbatasan. Beragam masalah di berbagai sektor yang harus diselesaikan. Pemerintah baru harus menjadi nakhoda, penentu arah, pemersatu, dirasakan kehadirannya di tengah masyarakat, dan memastikan Sulawesi Tenggara harus Sehat, Cerdas dan Sejahtera.

Fenomena Lapangan
Sulawesi Tenggara (Sultra) terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya. Sektor pertambangan, pertanian, dan kelautan. Namun, realitas di lapangan menunjukkan masih banyak desa di jazirah Sultra yang menghadapi kendala dalam hal akses kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Kondisi ini menghambat pertumbuhan ekonomi desa dan mengurangi kualitas hidup masyarakat.

Sultra memiliki potensi besar, tetapi banyak desa di wilayah ini masih tertinggal dalam hal akses terhadap layanan dasar. Sultra terdiri atas 1.908 desa, ada 7 desa yang sangat tertinggal. Kemudian, ada 300 desa yang masuk kategori tertinggal kurang. Sementara sisanya adalah desa berkembang, maju dan mandiri. Salah satu faktor tertinggalnya sejumlah desa ini karena faktor transportasi,dan faktor komunikasi. Karena di Sultra ini masih ada 146 desa yang tidak memiliki akses jaringan komunikasi.

Untuk layanan kesehatan, puskesmas yang jaraknya jauh dan fasilitas kesehatan yang minim membuat masyarakat sulit mendapatkan perawatan medis. Pendidikan juga menjadi persoalan besar dengan banyak anak yang harus berjalan jauh untuk ke sekolah, sementara fasilitas dan tenaga pengajar belum memadai. Tantangan yang dihadapi juga saat ini meliputi keterbatasan anggaran, kurangnya strategi yang jelas, dan minimnya kolaborasi pemangku kepentingan

Di era digital, teknologi seharusnya menjadi solusi, tetapi sayangnya belum banyak dimanfaatkan di desa-desa yang ada di Sultra. Internet yang lambat atau bahkan tidak tersedia membuat masyarakat sulit mengakses informasi atau peluang ekonomi berbasis digital. Selain itu, keberadaan industri besar seperti pertambangan sering kali tidak memberikan manfaat langsung kepada desa-desa sekitar. Dampaknya, masyarakat tidak hanya menghadapi keterbatasan pembangunan, tetapi juga kerusakan lingkungan yang semakin memperburuk keadaan.

Desa Cerdas dan Sehat
Untuk mengatasi tantangan ini, konsep desa cerdas dan sehat dapat menjadi solusi yang dapat dilakukan para pemimpin baru dan stakeholder. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan desa yang mandiri melalui integrasi teknologi, pendidikan, dan kesehatan.

Desa Cerdas adalah desa yang memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas hidup masyarakatnya. Langkah pertama adalah memastikan akses internet tersedia di semua desa. Dengan koneksi internet yang merata, masyarakat dapat lebih mudah terhubung dengan dunia luar, termasuk dalam mencari informasi atau peluang ekonomi baru. Desa cerdas muncul sebagai strategi pembangunan pedesaan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengatasi tantangan di wilayah pedesaan (Renukappa et al., 2022).

Aplikasi layanan digital juga menjadi bagian penting dari desa cerdas. Pemerintah dapat mengembangkan platform yang memungkinkan warga desa mengakses layanan administrasi, kesehatan, dan pendidikan secara cepat dan efisien. Misalnya, warga dapat mendaftar pelayanan kesehatan melalui aplikasi tanpa harus datang langsung ke puskesmas.

Literasi digital juga menjadi kunci utama untuk mendukung konsep ini. Masyarakat perlu diberi pelatihan agar dapat memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan ini bisa mencakup cara memasarkan produk lokal secara online, mencari peluang kerja melalui platform digital, atau meningkatkan keterampilan melalui kursus daring. Dengan literasi digital, masyarakat desa dapat lebih produktif dan mandiri.

Desa Sehat menjamin masyarakat mendapatkan akses kesehatan yang layak. Strategi pertama adalah menyediakan puskesmas keliling untuk menjangkau desa-desa terpencil. Layanan ini bisa beroperasi secara berkala untuk memastikan masyarakat di wilayah terisolasi tetap mendapatkan perawatan medis.

Sanitasi dan akses air bersih juga harus menjadi prioritas. Pemerintah dapat meluncurkan program edukasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan serta membangun infrastruktur sanitasi yang memadai. Hal ini akan membantu mengurangi penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk.

Pemerintah juga perlu menggandeng perusahaan melalui program CSR untuk mendukung pembangunan fasilitas kesehatan. Perusahaan yang beroperasi di sekitar desa dapat berkontribusi dalam membangun klinik, menyediakan alat kesehatan, atau melaksanakan program edukasi kesehatan untuk masyarakat setempat.

Implementasi Strategi
Untuk merealisasikan konsep desa cerdas dan sehat, pemerintah harus menyusun peta jalan (roadmap) yang jelas dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk menciptakan sinergi yang efektif. Setiap pihak memiliki peran yang signifikan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Pemerintah daerah, misalnya, dapat menjadi fasilitator utama dalam mengidentifikasi kebutuhan lokal dan mengarahkan alokasi dana desa secara strategis untuk memenuhi prioritas masyarakat.

Salah satu langkah penting adalah memastikan bahwa alokasi dana desa digunakan secara optimal untuk program-program yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Infrastruktur teknologi, seperti pemasangan jaringan internet dan pembangunan fasilitas kesehatan, harus menjadi prioritas. Selain itu, perlu ada transparansi dalam pengelolaan dana desa agar masyarakat merasa dilibatkan dan percaya pada pemerintah.

Melibatkan masyarakat dalam setiap tahap perencanaan dan implementasi menjadi kunci keberhasilan. Pendekatan partisipatif tidak hanya memberikan masyarakat kesempatan untuk menyuarakan kebutuhan mereka, tetapi juga menciptakan rasa memiliki terhadap program-program yang dijalankan. Ketika masyarakat merasa menjadi bagian dari proses pembangunan, mereka akan lebih berkomitmen dalam menjaga dan memanfaatkan hasilnya secara berkelanjutan.

Kolaborasi dengan sektor swasta juga tidak kalah penting. Perusahaan yang beroperasi di sekitar desa dapat diajak bermitra melalui program CSR yang berfokus pada pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Dengan kolaborasi yang baik, konsep desa cerdas dan sehat dapat terwujud secara lebih cepat dan efektif.

Harapan ke Depan
Mengembangkan desa cerdas dan sehat di Sulawesi Tenggara bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga menciptakan pondasi untuk masa depan yang lebih baik. Desa-desa yang mandiri secara teknologi dan kesehatan akan menjadi pusat inovasi lokal yang dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia. Pemerintah baru memiliki peluang besar untuk mewujudkan visi ini melalui kebijakan yang berpihak pada desa-desa tertinggal.

Selain itu, pengembangan desa cerdas dan sehat akan mendorong pemerataan pembangunan. Selama ini, ketimpangan antara daerah perkotaan dan pedesaan menjadi tantangan yang terus-menerus dihadapi. Dengan membangun infrastruktur teknologi dan layanan kesehatan di desa-desa, kesenjangan ini dapat dikurangi, sehingga masyarakat di daerah terpencil memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

Manfaat lain yang dapat dirasakan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia di tingkat desa. Dengan adanya akses internet, program literasi digital, dan layanan kesehatan yang memadai, masyarakat desa akan lebih siap menghadapi tantangan zaman. Mereka dapat lebih kompetitif, baik dalam dunia kerja maupun dalam mengelola potensi lokal untuk mendukung perekonomian desa.

Pemerintah juga diharapkan mampu menjaga keberlanjutan program ini. Salah satu caranya adalah dengan membangun kerangka kerja yang melibatkan pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan swasta secara berkesinambungan. Evaluasi berkala dan penyesuaian program berdasarkan kebutuhan lapangan akan memastikan bahwa konsep desa cerdas dan sehat tetap relevan dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan.

Dengan semua potensi yang ada, desa-desa di Sulawesi Tenggara dapat menjadi contoh sukses dalam pembangunan pedesaan berbasis teknologi dan kesehatan. Keberhasilan ini tidak hanya akan memberikan dampak lokal, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang serius dalam mengembangkan pedesaan untuk menghadapi tantangan global. (iskandar.faperta@uho.ac.id.)

  • Bagikan

Exit mobile version