Suku Bunga Kredit Masih Bisa Turun
KOLAKAPOS, Jakarta--Bank Indonesia (BI) mendorong perbankan melanjutkan penurunan suku bunga kredit tahun ini.
Kendati peluang pelonggaran suku bunga acuan hampir tertutup, suku bunga kredit masih mempunyai ruang untuk turun.
’’BI 7 days reverse repo rate (BI 7 DRRR) kan sudah turun 150 basis points (bps). GWM (giro wajib minimum) juga turun 150 bps. Tapi, jumlah penurunan suku bunga kredit baru 60–70 bps (79 bps, Red),’’ jelas Gubernur BI Agus D. W. Martowardojo di Jakarta.
Menurut dia, jika efisiensi yang dilakukan perbankan berjalan dengan lebih baik dan kondisi likuiditas lebih merata, bunga kredit lebih memiliki ruang untuk melanjutkan penurunan.
Saat ini, beberapa bank besar, terutama bank umum kelompok usaha (BUKU) 4, mengaku masih mengkhawatirkan kondisi likuiditas.
Hal itu merupakan dampak kebutuhan penarikan dana masyarakat yang cukup besar pada akhir tahun lalu untuk pemenuhan kebutuhan pembayaran tebusan amnesti pajak.
Menurut Agus, dibutuhkan waktu untuk melanjutkan penurunan bunga kredit agar lebih maksimal.
’’Kira-kira satu sampai 1,5 tahun. Turunnya bunga tersebut lambat karena ada NPL (non-performing loan) yang tinggi di beberapa bank. Jadi, bank-bank itu agak sulit menurunkan bunga,’’ katanya.
Pada November 2016, NPL (gross) mencapai 3,1 persen. Sementara itu, di posisi yang sama pada 2015, NPL hanya 2,4 persen.
Menurut Agus, saat restrukturisasi yang dilakukan perbankan semakin efektif dan tingkat kredit macet bisa lebih terjaga, penurunan suku bunga kredit baru bisa berlanjut.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menambahkan, NPL pada Desember 2016 membaik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni 2,98 persen.
Pertumbuhan kredit mencapai 7,9 persen, lebih rendah daripada 2015, yaitu 8,5 persen.
Dari sisi suku bunga kredit, penurunan bunga kredit modal kerja merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis kredit lain, yakni 110 bps.
Sementara itu, penurunan bunga kredit investasi dan konsumsi masing-masing mencapai 91 bps dan 29 bps.
’’Sebenarnya, ini adalah good signal bahwa aktivitas ekonomi cukup baik. Penurunan suku bunga kredit kami perkirakan terus berlanjut tahun ini,’’ ungkapnya.
Selain memerhatikan kondisi internal bank dan penurunan suku bunga kredit, BI mengingatkan perbankan agar lebih waspada pada kondisi perekonomian global.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah dampak membaiknya ekonomi AS dari sisi jumlah pengangguran, investasi, dan inflasi.
Demikian juga risiko kenaikan Fed fund rate atau suku bunga acuan Bank Sentral AS yang diperkirakan naik dua kali tahun ini, lalu naik tiga kali pada 2018. (jpnn)