BI : Inflasi Batam Terus Merangkak Naik Mendekati 4 Persen
KOLAKAPOS, Batam--Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Kepri mencatat inflasi Batam terus merangkak dan mendekati angka 4 persen, yakni berada di level 3,78 persen.
Kenaikan harga komoditas seperti cabai merah, kacang panjang, dan wortel disebut sebagai pemicu utama terkereknya inflasi Batam tahun ini.
Kepala BI Perwakilan Kepri, Gusti Raizal Eka Putra, mengatakan cabai merah mencatatkan inflasi sebesar 5,99 persen (month to month), sedangkan wortel sebesar 27,76 persen (month to month).
Sementara kacang panjang menyumbang inflasi sebesar 8,67 persen (month to month).
Mengapa kenaikan harga cabai merah mendorong inflasi? Gusti menjelaskan hal ini terjadi karena persoalan klasik. Cabai yang beredar di Kepri umumnya berasal dari wilayah lain seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Yogyakarta.
"Perubahan harga di sentra penghasil, biaya logistik, dan kelancaran distribusi sangat mempengaruhi fluktuasi harga cabai di Kepri," ungkap Gusti.
Cabai, kata Gusti, mengalami kenaikan harga di daerah asalnya sebelum beredar di Kepri. Kenaikannya sekitar 2 persen hingga 33 persen. Sedangkan harga kacang panjang naik ditengarai karena curah hujan yang tinggi di Kepri.
Memasuki Oktober ini, lanjut Gusti, ada sejumlah hal yang harus diwaspadai karena dapat memicu kenaikan inflasi. Pertama kenaikan tarif PLN sebesar 15 persen untuk tagihan Oktober. Dan kedua curah hujan dan gelombang tinggi pada akhir tahun.
Kedua hal ini dapat memicu kelangkaan ikan segar seta menghambat jalur distribusi bahan makanan seperti cabai merah. Hal ini dapat berdampak pada produksi sayuran.
Gusti mengatakan ada sejumlah solusi yang ditawarkan kepada pemerintah. Pertama mendorong percepatan realisasi kerjasama perdagangan bahan makanan antardaerah antara lain Tanjungpinang dan Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan Batam.
"Dan Batam dengan Kabupaten Tanjungjabung, Jambi," imbuhnya.
Kemudian mendorong pemanfaatan lahan kosong di wilayah Kepri untuk pertanian bahan pangan sekaligus untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat dan bekerjasama dengan kepolisian untuk mengawasi distribusi LPG 3 kilogram agar tepat sasaran.
Karena disadari kelangkaan LPG jenis ini juga menyumbang kenaikan inflasi.
Sementara Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Batam, Jadi Rajagukguk, mengatakan masih ada solusi cepat untuk mengatasi kendala tingginya biaya logistik yang menyebabkan kenaikan inflasi.
Dia memberikan saran kepada pemerintah untuk mengangkut barang kebutuhan pokok dari luar dengan kapal Pelni supaya harganya lebih murah.
"Batam memang masih bergantung pada luar untuk barang kebutuhan pokok. Itulah yang membuatnya mahal karena diangkut pakai transportasi komersil," jelasnya
Pengangkutan dengan kapal Pelni dinilai akan menjadi insentif yang tepat untuk memotong ongkos logistik yang mahal.
"Pemerintah harus bersiasat seperti itu supaya harga di Batam bisa lebih murah. Kesannya FTZ jadi tak ada gunanya karena harga barang apapun juga mahal disini," jelasnya lagi. (jpnn)