Pedagang Takut Jual Eceran, Penyerapan Gula Lambat

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Surabaya--Para pedagang takut menjual gula secara eceran ke pasar setelah ada penugasan bahwa hanya Bulog yang diperbolehkan memasarkan gula curah. Hal itu membuat penyerapan gula ke pasar pada triwulan ketiga tahun ini berjalan lambat. Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Didik Prasetyo menyatakan, pada periode yang sama tahun lalu, stok gula di gudang tinggal 30 persen. ”Tetapi, saat ini ada 70 persen. Pedagang takut menjual langsung gula curah dan harga patokannya juga cukup rendah,”. Kementerian Koordinator Perekonomian melalui surat bernomor S-202/M.EKON/08/2017 tertanggal 18 Agustus 2017 menugaskan Bulog membeli gula yang dihasilkan pabrik gula badan usaha milik negara (BUMN) dengan harga Rp 9.700 per kilogram selama musim panen 2017. Penugasan tersebut memutuskan bahwa hanya Bulog yang dapat menjual gula curah. Harga itu lebih rendah daripada biaya pokok produksi gula yang lebih dari Rp 10 ribu per kilogram. Produksi gula RNI per 24 Oktober mencapai 253 ribu ton. Di antara angka tersebut, 135 ribu ton sudah terserap pedagang. Sisanya, 118 ribu ton berada di gudang. ”Penyusutan areal tanam tebu juga mengkhawatirkan. Sejak tahun lalu, penyusutannya cukup banyak dan diperkirakan berlanjut hingga tahun ini,” terangnya. RNI tahun ini menargetkan produksi gula 300 ribu ton. Angka itu naik jika dibandingkan dengan produksi tahun lalu sebesar 280 ribu ton. Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil menambahkan, beberapa faktor membuat produksi gula tahun ini diperkirakan menurun. ”Setiap tahun, produksi gula nasional mencapai 2,5 juta ton. Tetapi, sangat mungkin, tahun ini hanya akan terealisasi 2 juta ton karena rendahnya minat petani menaman tebu,” tambahnya. (jpnn)
  • Bagikan

Exit mobile version