Bahkan suara hentakan kaki, tawa dan perbincangan dari balik dinding kamar tak mampu mengusik pulasnya tidur Aldi. Ia tidak pula merespon perbincangan beberapa penjaga dan wartawan disekitarnya. Termasuk kilatan blitz dan sorotan kamera, ia tetap pada posisi tidurnya. Mungkin dia tak juga merasakan nyeri dibagian leher atau kepalanya yang sejak tadi tidak menempati tempat yang tepat di bantal. Aldi tetap pulas.
Aldi terbaring di ranjang RSUD Benyamin Guluh. Di ranjang yang tidak seempuk ranjang di rumah itu, seolah mengumpulkan sisa-sisa kebahagiaannya yang terampas beberapa tahun. Tidak perlu ranjang empuk, karena Aldi masih nyaris tak terusik dengan pertanyaan wartawan kepada penjaganya untuk mengulik kisah tragisnya. Sedikit Aldi sempat meringkuk hingga sarung yang digunakan untuk menyelimutinya tersingkap, memamerkan dua tengkuk lutut yang nyaris tak berdaging, dengan betis yang berbentuk tulang saja.
Tante Risaldi, Nurmiati (40) yang sejak tadi menjaga keponakannya mengungkapkan sejak berusia dua tahun, Risaldi memang divonis mengidap penyakit pada bagian saraf. Meski demikian pertumbuhan badannya tetap normal seperti anak-anak umumnya. Ia berasumsi pertumbuhan tersebut terjaga karena Aldi masih mendapat perawatan dari kedua orang tuanya dengan baik.
Waktu berjalan, situasi mulai jadi buruk bagi Aldi. Tatkala kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah, Aldi seperti kehilangan malaikat penjaga. Apalagi saat itu, ibunya Milawati, juga jatuh sakit. Aldi yang mengikut ibunya tinggal di Kendari pasca perceraian, terpaksa "diserahkan" pada bapaknya untuk tinggal di rumahnya di Wolo, Kolaka.
Sejak saat itulah terang Nurmiati, kondisi Aldi drop. Ia mendapat kabar Aldi tidak mendapat perawatan yang baik dari bapaknya, hingga terkesan diabaikan. "Malahan saya dengar ini anak pernah dikasih tidur di pondok empang selama dua hari tanpa diberi makan dan minum," ucap Nurmiati sambil menghapus air matanya.
Kakak Aldi, Indah (samaran) yang mendengar kabar adiknya tidak terawat dengan baik, pergi ke Wolo untuk menengoknya. Ternyata kata Indah, kabar itu benar. Kondisi Aldi sangat memprihatinkan dengan badan kurus. Bukannya tidak mau mengambil untuk merawat adiknya, namun Indah menuturkan merkea memang berasal dari keluarga tidak mampu. Sehingga tidak mampu untuk menyediakan nutrisi yang baik agar Aldi segera sehat.
Atas diskusi kelurga, akhirnya Risaldi dipindah tempatkan ke rumah nenek dari bapaknya, yang juga tinggal di Wolo. Namun, neneknya juga tak mampu berbuat banyak untuk merawar Risaldi. Hingga akhirnya kondisi Risaldi semakin parah. "Makanya tadi ini kita bawami di sini (RSBG). Karena terus terang saja, kita juga ini dari keluarga tidak mampu kasian," ujarnya.
Ditengah cerita tante dan kakaknya, Aldi mulai menggerakkan tubuhnya. Mungkin karena gerah dengan posisi tidur yang sama dalam waktu lama, ia mencoba berbalik. Namun Aldi tak mampu. Kedua tangannya yang layaknya tulang berbungkus kulit tak mampu menopang tubuhnya yang hanya berbobot 14 kilogram untuk sekedar duduk. Ia harus dibantu oleh tante dan kakaknya, sedangkan ibunya terlalu sedih melihat kondisi Aldi hingga terus menangis.
Melihat kondisi Aldi saat ini, keluarga hanya bisa pasrah. Mereka berharap Aldi dapat disembuhkan dan badannya kembali normal. Paramedis yang merawat telah memberikan obat yang dibutuhkan. "Kami juga berharap pemerintah bisa membantu pengobatan keponakan kami," katanya. (*)