Pendederan Udang Vaname Sistem ZWD Untungkan Petambak

  • Bagikan
Rahim bersama tim program kemitraan masyarakat memperlihatkan hasil panen udang ditambak 0,4 ha hasil pendederan sistem ZWD.ist/Kolaka Pos

KOLAKAPONEWS.COM, Kolaka -- Penerapan teknologi Zero Water Discharge (ZWD) dalam membudiyakan udang vaname, ternyata sangat menguntungkan para petambak. Pasalnya, selain menggunakan alat yang sederhana, biayanyapun tidak begitu besar dan hasil panennya juga memuaskan.

Ketua tim program kemitraan masyarakat Rahim mengatakan, dengan diterapkannya sistem ZWD para petambak semakin terbantu. Sebab, keunggulan sistem ZWD pada pendederan udang vaname, mampu menekan kehadiran penyakit yang disebabkan oleh bakteri vibrio dan virus.

Selain itu, menghemat penggunaan air selama proses pendederan, memanfaatkan mikroba dalam menjaga kualitas air melalui proses mineralisasi dan asimilasi limbah pada media pemeliharaan. Kemudian mampu meningkatkan kelangsungan hidup udang vaname, serta meningkatkan potensi keberhasilan budidaya udang vaname.

"Jadi sistem ZWD sangat membantu petambak karena banyak keunggulan," katanya saat ditemui media ini.

Namun diakuinya, dalam menerapkan sistem ZWD ada kendala atau kelemahan, diantaranya masih diperlukan proses penyiponan untuk mengurangi materi organik dalam kolam pemeliharaan. Kemudian pengukuran kualitas air harus rutin dilakukan, sehingga alat dan bahan pendukung pengukur kualitas air merupakan faktor penting.

"Aktivasi bakteri melalui penambahan probiotik komersil berbeda-beda tergantung jenis probiotiknya," ucapnya.

Adapun rincian biaya yang harus disiapkan kata Rahim, tidak telalu besar hanya berkisar dibawah sepuluh juta rupiah.

"Biaya investasi 1 unit kolam terpal ukuran 4x5x1 meter beserta peralatan lainnya berkisar antara 7-8 juta rupiah. Meliputi kolam terpal, rangka kolam, aerator, lampu UV, instalasi aerasi, instalasi listrik, pipa pembuangan, paranet, selang, pompa celup. Adapun bBiaya operasional untuk pendederan udang vaname di kolam terpal selama 24 hari dan pembesaran ditambak 0,4 ha selama 44 hari meliputi, probiotik 3 lliter@Rp70.000 = Rp210.000. Kapur 2 zak@Rp65.000 = Rp130.000. Mineral 10 kg@Rp20.000 = Rp200.000. Benur 17.500 ekor@Rp55 = Rp962.000 . Pakan 180 kg@Rp14.500 = Rp2.610.000. Solar 20 liter@Rp6.500 = Rp130.000 . Jadi total biaya Rp4.242.000," rincinya.

Dari hasil pendederan udang vaname setelah masa pemeliharaan 66 hari, yaitu 215 kilogram dengan harga Rp8.982.000. Jadi keuntungan petani tambak untuk satu siklus dengan pendederan metode pendederan kolam terpal dan pembesaran ditambak, yaitu Rp4.740.000.

"Jika dibandingkan dengan budidaya yang kebanyakan dilakukan oleh petani tambak secara tradisional dan langsung dilakukan pada tambak, maka keuntungan yang diperoleh tidak jauh berbeda. Hanya budidaya tradisional yang langsung dilakukan ditambak resiko kegagalannya lebih tinggi, akibat serangan penyakit udang vaname. Salah satu upaya yang perlu dilakukan, agar petani pembudidaya udang vaname dapat mengurangi resiko kegagalan adalah dengan melakukan pendederan sistem ZWD di kolam terpal. Padat tebar yang dianjurkan pada kolam terbal yaitu 1000-1500 ekor/m3 atau sebanyak 15.000-30.000 ekor untuk 1 unit kolam terpal dengan ukuran 4 x 5 x1 meter. Untuk mengembangkan penerapan sistem ZWD pada pendederan udang vaname, maka perlu dukungan pemerintah dan instansi terkait. Selain itu, pelatihan seperti kegiatan PKM ini perlu dilakukan di desa atau kelurahan lainnya yang ada di wilayah Kolaka, yang mempunyai potensi akuakultur payau atau budidaya udang vaname. Penyiapan SDM milenial yang melek teknologi perlu disiapkan, agar produksi akuakultur Kolaka dapat meningkat khususnya komoditi udang vaname," terangnya. (m3/b)

  • Bagikan

Exit mobile version