Petani Diminta Jual Gabah ke Bulug

  • Bagikan
Kolaka, KoP Mengantisipasi produksi beras Sultra ke luar daerah, Badan Urusan Logistik (Bulog) meminta petani untuk tidak menjual gabahnya kepada pihak lain. Sebab, dengan menjual kepada Bulog, maka petani telah berkontribusi dalam membantu negara dalam menyediakan stok beras. "Agar gabah atau beras itu tidak keluar Sultra, maka petani harus punya rasa nasionalisme supaya ia menjualnya kepada Bulog. Karena bulog yang telah memberikan bantuan alat produksi. Selain itu, gabah atau beras yang dibeli oleh Bulog juga itu untuk negara," Kata Kepala Divisi Regional Bulog Sultra Laode Amijaya Kamaluddin, saat menghadiri Rapat Koordinasi dengan TNI di Aula Kodim 1412 Kolaka Kamis (8/9) kemarin. Menurut Amijaya, salah satu kendala dalam penyerapan produksi gabah petani yaitu banyaknya produksi gabah yang tidak dapat diserap oleh penggilingan atau masyarakat petani yang ada di Sultra karena keterbatasan alat pengering. "Saya pikir kita di Sultra sangat banyak sentra produksi beras, saat ini tinggal petaninya saja apakah mau berkontribusi ke negara dengan menjual gabah nya ke Bulog atau menjual ke pembeli dari Sulawesi Selatan. Petani kita butuh pencerahan mengenai bantuan yang di terjunkna dari kementrian. Pemerintah ingin Petani kita sejahtera namua pemerintah juga ingin petani menjual gabah nya ke Bulog, "tambahnya Meskipun telah memanfaatkan penggilingan yang memiliki lantai jemur, namun itu tidak cukup untuk menampung produksi gabah petani di Sultra. Olehnya itu, ia berharap agar pemerintah memberi perhatian terhadap masalah tersebut. "Sebaiknya pemerintah mengalokasikan sebagian APBDnya untuk membantu beberapa penggilingan untuk menyediakan alat pengering. Sehingga target produksi kedepannya dapat tercapai," ujarnya. Hubungan antara Bulog dan TNI pastinya sangat erat karena tanpa teman Babinsa di lapangan pencapaian dan target susah akan tercapai. "Saya kira saya ini teman TNI yang ada di lapangan tinggal menanamkan nasionalisme kepada petani, dengan menjual gabah kepada Bulog. Bayangkan saya petani perhektarnya biasa mengeluarkan dana lima jutaan, dengan bantua alat mesin pertanian serta bantuan Pupuk, bibit perbaikan saluran itu mempunyai dampak besar. Dan jika di kalkulasikan pengeluaran petani tinggal dua jutaan. Kemudian parahnya petani rela menjual gabahnya ke pembeli dari sulawesi selatan hanya kerena beda harga 50 rupiah hingga 100 rupiah saja. Petani tidak berpikir jika negara telah membantu tiga juta rupiah. Saya hanya ingin petani bisa menjual gabahnya pada bulog,"paparnya (hud)
  • Bagikan

Exit mobile version