Perawat RSUD Bombana Mogok Kerja
KOLAKAPOS, Rumbia--Sebanyak 28 perawat di Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas di Bombana, Kamis (27/10) melakukan mogok kerja. Mogok kerja tersebut mereka lakukan karena merasa dilecehkan oleh bendahara RSUD Bombana.
Ketua persatuan perawat Nasional Indonesia (PPNI) Bombana, Satar mengatakan mogok tersebut merupakan bentuk protes terhadap bendahara RSUD Bombana, Ismawati Pattah, yang telah mengeluarkan pernyataan menyingung organisasi PPNI. Selain itu, mereka juga menuntut kejelasan terkait honor yang belum terbayarkan selama empat bulan.
Aksi mogok mereka mednapat tanggapan langsung dari Dirut RSUD Bombana, dr.Nuraeni. Dengan lugas, dr.Nur-sapaan dr.Nuraeni- mengatakan siap bertanggung jawab menyelesaikan tuntutan para perawat, utamanya pernyataan melecehkan yang dilontarkan bendaharanya. Saat itu juga ia memanggil bendahara untuk menyampaikan permintaan maaf secara lisan dan tertulis dihadapan perawat. "Permintaan maafnya sudah, terkait sanksi yang akan dijathkan, itu nanti akan dibicarakan di internal manajemen rumah sakit," katanya.
Mengenai keterlambatan honor perawat selama empat bulan, ia menjelaskan sesuai kemampuan APBD Bombana, RSUD hanya dapat membayar untuk enam bulan pertama. Pembayaran enam bulan berikutnya akan diinkludkan saat pencairan anggaran AOPBD Perubahan. "Kita sudah membahas honor itu kemarin di DPRD. Kita tinggal menunggu tahapan selanjutnya. Kalau tahapan itu sudah selesai semua, pasti honor perawat akan dibayarkan," terangnya.
Sementara itu, aktivis Jaringan Advokasi Kebijakan Publik (Jarak Publik) Bombana, Irfan menyayangkan sikap pemerintah yang diduga memotong usulan anggaran, khususnya honor perawat dengan dalil keterbatasan anggaran. Menurutnya, sebagai elemen penting dalam pelayanan publik, honor perawat harus mendapatkan perhatian serius. "Kalau mereka mogok tidak terima honor, siapa yang bakal yang menanggung keluhan pasien di rumah sakit? Tentu ini harus dipertimbangkan juga," tuturnya. (k6/c)