Warga Tinondo Indah Kembangkan Tanaman Gaharu
KOLAKAPOS, Wanggudu--Kegigihan warga desa Tinondo Indah, kecamatan Oheo, Konawe Utara, nampaknya tak perlu diragukan lagi. Buktinya, mereka lebih memilih fokus bertani ketimbang pekerjaan lainnya. Tanaman yang sekarang sementara dikembangkan, yakni gaharu. "Kami (warga desa Tinondo Indah, red) memilih untuk bertani, mengingat bertani itu adalah pekerjaan yang sangat menjamin hidup kita kedepan jika kita geluti," kata salah seorang warga Tinondo Indah, Nyoman Dupe, saat ditemui di kebunnya, beberapa waktu lalu. Nyoman mengungkapkan, keunggulan bertani karena aman dan mudah dilakukan. Terkait tanaman gaharu yang ditanam di kebunnya, dengan alasan harganya yang sangat fantastis. "Kami sangat berantusias menanam kayu gaharu ini, karena selama ini kami sudah melihat langsung orangnya yang berhasil dalam hal penanaman tanaman ini. Contohnya di kampung kami di Bali, ada keluarga kami yang memiliki tanaman ini hanya 15 pohon ukurannya seperti batang kelapa, usia sekitar 5 sampai 6 tahun namun oleh pengusaha sudah diminta Rp2,5 miliar lebih. Hal ini bukan rekayasa dan benar adanya," ungkap Nyoman Dupe. Gaharu yang dikembangkan di desa Tinondo Indah ini asalnya dari Bali, untuk saat ini warga masih kebanyakan menanam di pekarangan rumahnya, karena mereka rata-rata warga transmigrasi jadi mereka menanam gaharu di lokasi perumahan mereka yang masih tersisa sekitar 50 are. Namun menurut Nyoman, bisa menampung tanaman gaharu hingga 200 pohon karena jaraknya mepet, sekitar satu meter lebih. "Di desa kami di Bali, desa Goplen, tanamnya begitu mepet, bahkan kata keluarga kami gaharu ini hanya dijadikan tanaman selingan, sehingga tidak usah diragukan tentang tanaman lainnya," jelasnya.
Untuk miliknya sendiri sudah mencapai enam ratus pohon. Sementara orang tuanya, Ketut Sirni, memiliki tanaman gaharu dua ribu pohon dan saat ini bibit yang sedang ditangkar mencapai puluhan ribu pohon, sehingga kedepan tanaman gaharu untuk warga di desa Tinondo Indah ini bisa mencapai puluhan ribu pohon. Apalagi saat ini sedang dibentuk kelompok Pengelola Kayu Gaharu yang diketuai oleh Wayang Salim. Sementara itu, kepala desa Tinondo Indah Abdul Mutalib mengungkapkan, gaharu memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selain untuk pelindung tanaman lain, juga nilai jualnya sangat fantastis. Tak tanggung-tanggung, harga isi tanaman yang dikenal dengan nama Aquilaria Malacensis dan Grinof SP ini, perkilogramnya mencapai Rp30 juta. "Jenis ini sangat dicari dan banyak yang membuat orang tersesat di hutan Papua demi gaharu ini, karena kayu gaharu termasuk tanaman yang ajaib. Orang Papua menamainya kayu mulia, yang mana kayu ini tak sembarang orang bisa menemukannya di hutan. Namun, selain itu kayu ini juga tergolong kayu yang mudah tumbuh di tanah, yang letaknya sekitar 200 sampai 350 meter dari permukaan laut. Hanya saja tanaman ini perlu perawatan khusus, awalnya bibitnya dibelinya di Bali, disemai dan dimasukkan di polyback berisi tanah campur pupuk organik atau pupuk kandang, setelah itu dilakukan perawatan sekitar paling cepat enam bulan bisa ditanam, bahkan ada sampai setahun di polyback baru bisa ditanam, tergantung dari cari kita melakukan penangkarannya, setelah itu kita tanam di lahan yang kosong ataupun yang berisi tanaman lain gak masalah, karena tanaman ini layaknya tanaman pelindung," papar Abdul Mutalib. (k7)