Seratusan Juta Dana Desa Toari Misterius

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Kolaka--Pengelolaan anggaran desa di Toari menuai sorotan dari warga dan Badan Perwakilan Desa (BPD) Toari. Disinyalir anggaran senilai seratusan juta rupiah tidak dapat dipertanggungjawabkan alirannya, diduga dikorupsi. Ketua BPD Toari, Ahmad mengatakan Kades Toari, Nasar bahkan enggan menjelaskan terkait pengunaan dana di pemerintahannya. Hal lain yang juga diungkap Ahmad, Nasar pernah memaksa bendaharanya, menandatangani cek kosong untuk pencairan dana desa di rekening BRI. Dugaan korupsi itu mulai terendus saat Musrenbang tingkat desa. Sesuai desakan warga kepadanya, Ahmad mempertanyakan penggunaan dana desa kepada Nasar. Bukannya memberi jawaban, dihadapan warga Nasar malah berbicara dengan nada tinggi sembari menolak menjawab. Buntutnya terjadi adu mulut, antara Kades Toari dengan ketua BPD. Ahmad membeberkan, beberapa item aliran dana desa di Toari, yang tidak jelas hingga saat ini. Diantaranya bantuan 20 unit mesin perahu tempel untuk nelayan, serta pembuatan 20 unit kloset warga senilai Rp91 juta. Selain itu, pengelolaan anggaran BUMDES yang tidak jelas, yakni pekerjaan peningkatan jalan nelayan yang tidak maksimal, bahkan dinilai lebih parah dari sebelumnya. Serta bantuan pupuk pertanian yang dianggarkan Rp10 juta, namun tidak diketahui siapa penerimanya. "Saya hanya menerima aspirasi warga, dan kami juga tahu hal ini mengacu pada APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa). Selain itu, sudah dua kali BPD melayangkan surat ke Kades, terkait laporan pertanggung jawaban akhir tahun, tapi dirinya selalu menghindar dengan alasan banyak urusan di Kolaka," katanya lagi. Tak hanya itu, Nasar juga pernah memaksa bendaharanya, Risna menandatangani cek kosong untuk pencairan dana desa di rekening BRI. "Saya dipaksa untuk tanda tangan cek kosong, bahkan pak desa mengancam akan memecat saya sebagai bendahara, jadi saya terpaksa menandatanganinya. Tapi hal ini sudah saya sampaikan kepada semua aparat termasuk BPD," ujar Risna. Menurut pengakuan Risna, dia hanya sekali mendampingi Nasar mencairkan dana desa di BRI untuk Triwulan pertama di tahun 2016 lalu. Selebihnya, semua dilakukan oleh Kades tanpa sepengetahuannya, selaku bendahara hingga saat ini. "Tapi pencairan selanjutnya sampai sekarang, pak desa sendiri yang cairkan dengan membawa cek kosong yang sudah saya tandatangani," beber Risna. Sementara itu, Camat Toari, Safaruddin menyayangkan atas apa yang menjadi dugaan terhadap Kades Toari. Dirinya juga mengaku tidak mentolerir, hal - hal seperti dugaan yang dilakulan oleh Kades Toari. Padahal, Safaruddin mengaku selalu memberikan petunjuk dan saran, agar para Kades berusaha menciptakan pemerintahan desa yang bersih, transparan dan akuntabel. '"Memang Nasar ini tak pernah mau koordinasi dengan aparatnya. Sesuai laporan yang saya terima dan ini pun saya sampaikan berdasarkan keluhan dari para aparatnya sendiri, jangankan hal itu Nasar juga jarang hadir apabila ada undangan seperti rapat koordinasi kepala desa, serta pertemuan lainya" jelasnya. (cr1/b)
  • Bagikan