Aktifitas Tambang PT.Ifishdeco Merugikan Petani — Cemari Persawahan, Sejak 2013 Tidak Ganti Rugi

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Andoolo--Aktifitas pertambangan PT.Ifishdeco di Konawe Selatan kembali merugikan warga. Kali ini, akibat aktifitas perusahaan penambangan nikel tersebut, persawahan warga di beberapa desa di kecamatan Tinanggea, tercemar lumpur hingga pertumbuhan padinya terhambat dan dikhawatirkan terjadi gagal panen. Hal tersebut memancing reaksi masyarakat petani yang berasal dari desa Bomba-bomba, Asingi dan Roraya, kecamatan Tinanggea. Mereka yang tergabung dalam Aliansi Kelompok Masyarakat Tani Drupadi (AKMTD), melakukan aksi unjuk rasa di jalan tambang PT.Ifishdeco. Mereka menuntut kepada PT.Ifishdeco untuk membayar ganti rugi atas dampak pencemaran di wilayahnya. Ketua kelompok tani Desa Bomba-bomba, I Wayan Sukayasa mengungkapkan, sekitar 27 hektar sawah di kelompoknya yang berjarak sekitar 700 meter dari lokasi tambang, tercemar. Dia mengatakan bendungan irigasi yang berada diwilayahnya tertimbun endapan lumpur bekas aktifitas perusahaan tersebut. "Kemudian sungai yang menjadi sumber air bersih bagi warga di desa kami ikut tercemar. Airnya keruh dan tidak bisa lagi kita pakai minum. Produksi padi juga berkurang akibat dampaknya," keluhnya. Dihadapan Sekda Konsel, Sjarif Sajang, Wayan mengatakan sejak 2013 lalu, petani sawah mengalami kerugian yang cukup besar akibat dampak aktifitas PT.Ifishdeco. Ia menjabarkan, sebelum PT.Ifishdeco beroperasi, para petani masih bisa panen tujuh ton perhektar. "Tapi setelah adanya ini Ifisdeco mengalami penurunan drastis paling tinggi lima ton. Hal ini akibat bendungan kami yang sudah rusak akibat tambang. Termasuk sungai yang dulu masih lancar saluran air, sekarang sudah tercemar dan hanya penuh dengan endapan lumpur. Saluran air mengalami penyempitan bagaimana padi kami bisa bertahan kalau sudah begini," bebernya. Ia mengaku, selama tercemar pihaknya juga tidak pernah menerima dana ganti rugi dari pihak perusahaan. Bahkan, keluhnya, selama bertahun-tahun hasil panen padi mereka tidak pernah normal lagi. Dalam satu hektar mereka kehilangan 2100 kg. Bila dirupiahkan mencapai delapan jutaan rupiah perhektarnya. "Kali ini kami benar-benar sudah tak tahan dengan perlakuan perusahan, makanya kami menuntut perusahan untuk segera bertanggungjawab," pintanya. "Tambang kalau sudah habis pasti pergi. Tapi kami yang petani terancam dengan kehidupan anak cucu kami ke depan. Dimana kami hanya menggantungkan hidup dari hasil pertanian kami," tambahnya. Wayan mengatakan sejak mengalami dampak pencemaran aktifitas PT.Ifishdeco 2013 lalu, mereka telah mengajukan permohonan agar mnendapat kompensasi di tahun 2015. Sayangnya, hingga di tahun 2017 hal itu juga belum direalisasikan penambang. Jangankan ganti rugi, kompensasi dan CSR pun diakui Wayan tak pernah mereka rasakan. "Nyata-nyata kami yang merasakan dampak langsung tak pernah mendapat kompensasi hingga saat ini. Kami hanya dijanji-janji oleh pihak perusahaan. Sampai detik ini belum pernah ada realisasi," keluhnya. Menanggapi keluhan tersebut, Humas PT Ifhisdeco, Sawal Silondae yang turut hadir mengakui adanya pencemaran tersebut. Namun ia meminta waktu untuk memberikan solusi atas dampak yang terjadi tersebut. "Saya belum bisa ambil keputusan, nanti saya laporkan kepada pimpinan kami. Termasuk mengenai dana konpensasi kami belum bisa berikan tanggapan lebih jauh. Tapi pada prinsipnya perusahaan siap memperbaiki termasuk sungai dan bendungan sawah yang tercemar," janjinya. Sementara itu, Sekda Konsel, Sjarif Sajang yang menerima sejumlah petani tersebut mengungkapkan, pihaknya akan menseriusi persoalan tersebut. Pasalnya kata dia ini menyangkut sumber penghasilan petani setempat. "Saya sudah perintahkan Dinas Pertanian untuk kroscek di lapangan. Setelah itu kita bisa ketahui kerusakan apa saja dan langkah selanjutnya. Yang jelasnya tetap kami akan akomodir, apalagi ini menyangkut sawah pertanian," ungkapnya. Namun, tambah Sjarief, mengenai tuntutan warga mengenai ganti rugi itu merupakan kewenangan manajemen PT Ifishdeco untuk menyahuti. Jelasnya, Pemda Konsel saat itu pula langsung menurunkan tim dari dinas pertanian yang dipimpin langsung oleh Kadis Pertanian, Akbar guna melihat apa yang telah dikeluhkan warga. (k5/a)
  • Bagikan