Ada Jurus Calon Jago Demokrat dan Gerindra Memajukan Rote
KOLAKAPOS, Jakarta--Calon bupati Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) Bima Fanggidae mengakui jika selama 15 tahun, wilayah paling selatan Indonesia itu belum memberi perubahan yang berarti untuk kemajuan ekonomi masyarakat dan daerahnya.
Selama ini, masyarakat Rote masih kesulitan untuk mengelola sumber daya alam terutama hasil pertanian menjadi produk dengan nilai tambah yang bisa mengubah keadaan ekonomi mereka. Salah satunya kata Bima adalah pohon lontar.
"Julukan Rote itu pulau sejuta lontar. Lontar itu sumber kehidupan, bayi di Rote itu baru lahir dikasih air dari olahan lontar. Tapi sayang masyarakatnya tidak tau bagaimana cara mengelola lontar, istilah di kami iris pohon lontar, untuk bisa jadi sumber ekonomi mereka," kata Bima.
Padahal kata Bima lontar jika bisa dikelola dengan baik bisa menghasilkan gula air, gula semut, kecap dengan kadar gula yang rendah dan jenis minuman. Hasilnya kata Bima bahkan bisa di ekspor ke seluruh Indonesia dan luar negeri.
"Cuma selama ini lontar cuma diambil airnya saja. Malah (daging) buahnya dikasih ke babi. Coba kalau kita kasih pendidikan soal mengubah lontar jadi produk yang punya nilai tambah dan kita ciptakan pasarnya masyarakat Rote bisa sejahtera," kata Bima.
Selain lontar Bima juga menceritakan ada jagung yang menjadi andalan masyarakat Rote. Namun lagi-lagi pemerintah daerah tidak bisa mengelola hasil olahannya dan tak bisa sediakan pasr bagi petani jagung di Rote.
Lebih lanjut, Bima juga mengkritisi soal kebijakam pemerintah petahana yang saat ini menurut masyarakat Rote menahan pupuk subsidi. Berdasarkam keterangan masyarakat, pupuk sengaja disimpan agar bisa dikeluarkan pada saat kampanye jelang pilkada daerah 2018 mendatang.
Selain mengubah hasil pertanian menjadi sumber ekonomi masyarakat Rote, Bima juga mengkritisi soal kelemahan pemerintah Rote yang tak juga bisa menyediakan air bersih untuk masyarakat Rote.
Padahal menurut Bima menyedikan pengadaan sumur bor dan teknologi untuk mencari sumber lokasi air baru sangat mudah. Bahkan teknologi untuk menyuling air laut menjadi air tawar untuk di daerah masyarakat pesisir tak akan menjadi sulit dengan jumlah APBD Kabupaten Rote yang mencapai 735 Miliar itu.
Saat ini kata Bima masyarakat sangat kesulitan untuk mengakses air bersih. Jangankan untuk memenuhi perairan pertanian, untuk kebutuhan sehari-hari saja masyarakat Rote harus membeli air bersih seharga Rp 200.000 untuk membeli satu tangki air sebanyak 5000 liter. Padahal pendapatan rata-rata masyarakat Rote hanya 300.000 per-bulannya.
Ditempat yang sama, calon wakil Bupati Ernest Pella mengatakan jika pemerintah saat ini hanya menyediakan embung (penampungan air) untuk dijadikan sumber air. Hal itu menurutnya sia-sia karena curah hujan di Rote sangan minim. Ditambah lagi banyak embung yang terbengkalai karena tidak dipelihara dengan baik.
"Jadi ini soal kepedulian dan political will untuk mampu menyediakan air bersih dan menciptakan pasar bagi masyarakat Rote. Kontrol pemerintah harus jalan. Itu yang akan kami benahi," kata Ernest.
Selaim itu, Ernest mengatakam, bersama Bima nanti pihaknya akan mengelola lebih baik lagi soal potensi pariwisata di Rote yang masih tidak diperhatkan. Selain membangun infrastruktur, pihaknya juga akan membuat akses bandara langsung ke Rote yang selama ini masih harus melalui Kupang.
Bima dan Ernest maju sebagai Bupati dan Wakil Bupati Rote dari partai Gerindra dan Demokrat. Penjajakan komunikasi politik pun sedang dijalani keduanya bersama partai lain, salah satu yang sudah akan direstui adalah Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Baru kita yang mendaftar satu paket (cabup dam cawabup). Kita paling siap. Kalau calon lain masih sendiri-sendiri. Jadi kita sudah fokus akan membenahi Rote tanpa harus sibuk cari pasangan lagi," demikian Bima. (jpnn)