Dishub Tetap Bangun Halte BRT

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Makassar--Pemerintah provinsi Sulsel tetap memperluas area jangkauan layanan angkutan massal bus rapid transit (BRT) ke masyarakat, meski peminat angkutan massal tersebut mengalami penurunan jumlah penumpang. Saat ini, BRT baru beroperasi di empat koridor di kawasan Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar (Mamminasata). Padahal menurut perencanaan, ada 11 koridor yang akan dioperasikan. Artinya, masih ada tujuh koridor lagi yang harus digenjot kehadirannya. Kepala Dinas Perhubungan, Ilyas Iskandar, mengatakan, pihaknya akan tetap fokus melengkapi sarana BRT sesuai tugas instansinya. “Angkutan massal BRT ini kan program pusat. Pemprov mendukung dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana. Masih ada tujuh koridor yang akan kami realisasikan,” ungkap Ilyas akhir pekan lalu. Untuk melengkapi koridor tersebut dengan membangun sarana dan prasarana BRT, lanjut Ilyas, pihaknya menyiapkan anggaran sebesar Rp6,7 miliar. Dana sebesar itu untuk membangun 42 titik halte baru. Ilyas mengakui, saat ini BRT memang belum efektif akibat masa tunggunya yang masih lama. Dishub kata dia, terus mensosialisasikan migrasi dari kendarana pribadi ke angkutan massal BRT. Khususnya kepada para pelajar dan mahasiswa. “Termasuk sosialisasi jalur prioritas BRT yang belum dipatuhi pengguna jalan lain,” bebernya. Saat ini, armada BRT baru melayani koridor I Bandara-mal GTC, koridor II Mal GTC-Mal Panakkukang, koridor III Terminal Daya-Terminal Pallangga, dan koridor IV Terminal Daya-Terminal Maros. Sementara koridor yang belum terlayani koridor V, Untia-Terminal Pallangga, Koridor VI Terminal Pallangga-Mal GTC, Koridor VII Terminal Pallangga-Terminal Takalar, Koridor VIII Terminal Takalar-Mal GTC. Koridor IX Terminal Daya-Terminal Pallangga, Koridor X Terminal Daya-Terminal Pallangga via lingkar luar Bontomanai dan Koridor XI Terminal Maros-Barombong. Sebelumnya, General Manager (GM) Perum Damri, Ilyas Hariyanto mengatakan, penumpang BRT turun hingga 40 persen karena sulitnya bersaing dengan taksi online. Kondisi itu juga ditambah oleh belum maksimalnya masyarakat yang memanfaatkan armada BRT. “Penumpang justru menurun hingga 40 persen karena sulit bersaing dengan taksi daring atau online,” ungkapnya. Dia melanjutkan, hanya koridor III, Makassar-Pallangga yang relatif ramai karena melayani juga Mal Panakkukang. Hingga saat ini, BRT sudah beroperasi selama dua tahun. Karena terus merugi Perum Damri sebagai pengelola BRT harus menutupi kerugian yang tak sedikit. Dari 30 unit BRT yang beroperasi, pendapatan harian hanya sekitar Rp2,7 juta. Sementara beban operasional harian lebih dari Rp3,6 juta. “Artinya sehari, kami harus menanggung rugi sekitar Rp900 ribu,” ungkapnya. Beban operasional tersebut kata Ilyas mulai dari biaya bahan bakar minyak (BBM), dinas jalan sopir, dinas jalan pengawas. Kalau diratakan, kerugian mencapai Rp27 juta sebulan. “Kalau dihitung biaya perawatan dan gaji pengemudi BRT, kerugian lebih besar lagi,” tuturnya. (fajar)
  • Bagikan