Terkait Dugaan Meninggalnya Bayi Saat Proses Persalinan–Polres Muna Dinilai Lambat Tangani Kasus

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Raha--Kinerja Polres Muna kembali menuai sorotan. Kali ini terkait kasus dugaan meninggalnya bayi pasca operasi persalinan di RSUD Muna, Sabtu (9/9) lalu. Sebab, hingga kini Polres Muna belum melakukan pemanggilan pada pihak RSUD Muna, padahal kasus tersebut telah dilaporkan oleh ayah korban, Unyil. Kapolres Muna AKBP Agung Ramos P Sinaga mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait perkara tersebut. "Diselidiki dulu. Nanti kalau sudah dilakukan penyelidikan siapa-siapa yang diperiksa, siapa-siapa yang berhubungan kasus itu," ujarnya pada awak media saat dijumpai di ruang kerjannya, kemarin. Menurut Ramos, pemeriksaan terhadap pihak RSUD Muna, akan dilakukan setelah perkaranya naik ke penyidikan. "Nanti kalau masuk penyidikan baru ada pemanggilan," katanya. Dalam perkara ini, kata Perwira Polri berpangkat dua bunga melati di pundak ini, pihaknya sangat berhati-hati dalam melakukan penyelidikan. "Dalam kasus-kasus seperti ini, kita tidak mau salah langkah," terangnya. Ramos juga mengungungkapkan, dalam proses penyelidikan pada perkara matinya bayi di RSUD Muna saat persalinan, pihakanya bakal melihat Standard Operating Procedure (SOP) yang dilakukan pihak RSUD Muna dalam melayani pasien. "Kita juga akan melihat SOP-nya. Siapa yang bertanggung jawab mengawasi? Apa-apa saja yang sudah dilakukan pelayanan terhadap pasien? Nanti itu akan terbuka," tandasnya. Untuk diketahui, Unyil, salah seorang warga desa persiapan Wabahara kecamatan Duruka, melaporkan dokter di RSUD Muna ke polisi karena merasa tidak puas dengan pelayanan rumah sakit tersebut. Suami Reni, pasien BPJS ini nekat melapor ke polisi setelah anak bayi yang baru dilahirkan istrinya melalui jalan operasi meninggal dunia. Unyil menduga, penyebab kematian anak kelimanya berjenis kelamin perempuan tersebut lantaran penanganan rumah sakit yang sangat lambat. "Istri saya masuk rumah sakit Jumat siang (8/9) atas arahan Bidan desa karena keluar darah tanda lahir. Saat itu Ia langsung dirawat di ruang bersalin. Malamnya, bidan rumah sakit memberikan kabar bahwa anak saya yang masih berada did alam kandungan, jantungnya sudah tidak berfungsi. Namun, saat itu, (dari awal masuk sampai malam, red) dokter belum datang. Jadi kita istrahat tunggu dokter. Besoknya Sabtu pagi (9/9), dokter Tamsila datang dan mengatakan bahwa istri saya harus dioperasi," ujarnya Senin siang (12/9) lalu. Sebelum operasi kata Unyil, dokter Tamsila mengatakan anak kelimanya yang masih berada dalam kandungan istrinya itu masih hidup. Maka saat itu, Ia diarahkan oleh dokter untuk membeli obat operasi di Apotik Klinik Harapan Kita, jalan Gatot Subroto, kota Raha. " Setelah saya beli obat di Apotik depan SMPN 2 Raha dengan harga Rp1,9 juta, istri saya langsung dibawa ke ruang operasi. Setelah dioperasi, dokter panggil saya dan mengatakan anak saya sudah tidak bernyawa," bebernya. (m1/b)
  • Bagikan