Dicopot, Gaji Dipotong dan Terancam Dipecat
KOLAKAPOS, Makassar--Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pepatah ini cocok dialamatkan kepada Yusfikar Majid.
Pejabat Pemkab Barru itu telah ditangkap polisi dan menjadi tersangka kasus penculikan ponakannya, Raihanun Mailika Ramadhan. Sanksi lainpun menyusul untuknya.
Suardi Saleh selaku bupati Barru, telah menginstruksikan untuk segera membebastugaskan Yusfikar dari jabatannya sebagai Kasubag Perundang-undangan Sekretariat DPRD Barru. Selain itu, gaji Yus selaku Aparatur Sipil Negara (ASN) diperintahkan pula agar dipotong.
Ditemui di ruang kerjanya, Suardi mengungkapkan kekecewaannya terhadap pejabat Barru yang menjadi dalang penculikan anak. Selaku pimpinan, ia telah memerintahkan Badan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPSDM) untuk mengambil langkah tegas.
”Saat ini polisi sudah melakukan penahanan terhadap yang bersangkutan. Sebagai langkah awal yang kita lakukan adalah mencopot dia dari jabatannya,” tegas Suardi.
Sembari menunggu proses hukum yang tengah berlangsung, lanjut Bupati, ia juga meminta BPSDM agar memotong gaji Yusfikar antara 50 hingga 70 persen. Jika perkembangan kasusnya tergolong berat, karena ada unsur perencanaan dan korban anak di bawah umur, maka pemotongan gajinya bisa di atas 70 persen.
Selanjutnya, sanksi lain yang bakal diterapkan sesuai dengan Undang-undang UU ASN. ”Ini bisa lebih berat. Karena tidak menutup kemungkinan dilakukan pemecatan. Tetapi untuk pemberhentian secara tidak hormat itu, masih harus menunggu keputusan hukum tetap dari pengadilan,” tandasnya.
Tentang perilaku Yus yang malas masuk kantor, Suardi mengaku belum pernah menerima laporan secara tertulis. Nanti setelah terseret masalah, sifat pemalasa itupun terungkap.
Di mata keluarga dan tetangganya, Yusfikar merupakan sosok yang sopan dan baik hati. Salah seorang kerabatnya, Salmiah tak percaya jika Yus ditimpa masalah seperti ini.
”Dia itu anak yang baik. Orang tuanya orang terhormat di Tuwung. Bukan karena dia pensiunan guru. Tetapi sikap sosial kedua orang tuanya, Pak Majid dan ibunya Kasmiati sangat peduli dengan keluarga dan tetangga kalau ada kegiatan, atau ada masalah,” cerita Salmiah, kemarin.
Biasanya, menurut Salmiah, bila hendak ke pengantin, Kasmiati yang juga pensiunan tata usaha di salah satu SMP di Barru itu selalu meminta untuk diantar oleh Yusfikar. Alumni SMA Negeri 17 Makassar ini tak pernah menolak permintaan sang ibunda. Termasuk jika ada keluarga atau tetangga yang meminta diantar ke pengantin atau melayat dengan menggunakan mobilnya.
Sebelum tersangkut kasus penculikan anak, Yusfikar bersama istri dan dua orang anaknya tinggal di rumah orangnya di Kelurahan Tuwung, Barru. Dua saudaranya yang lain masing-masing sudah berkeluarga dan memiliki rumah.
Yus merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Adiknya saat ini tugas di Jakarta.
Dari pantauan BKM, kemarin rumah orang tua Yusfikar di Kelurahan Tuwung tampak sepi. Pintu rumah tertutup rapat. Hanya ada motor terparkir. Dari penjelasan Salmiah, Yusfikar dan saudaranya terbilang cerdas ketika bersekolah. Buktinya, ia bisa tamat di SMA Negeri 17 Makassar dan kuliah hingga meraih gelar sarjana akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
”Anak-anaknya Pak Majid pintar saat bersekolah dan perilakunya sangat baik kepada keluarga dan tetangganya. Makanya, saya tidak percaya kalau Yusfikar sampai terlibat kasus penculikan,” katanya lalu terdiam.
Menculik karena Diancam
Perempuan yang terlibat dalam aksi penculikan balita, Ayu Yuliasri ternyata diancam. Ia berniat ke Makassar dengan cara menumpang di mobil Yusfikar, teman ketika duduk di bangku SMA.
Ibu kandung Ayu, Suhartini sangat terpukul setelah mendapat kabar anaknya ditahan Polda Sulsel. Sebab, sekitar pukul 07.30 Wita, dirinya mengantar Ayu bersama anak laki-lakinya masuk ke dalam mobil Yusfikar.
Perempuan berusia 55 tahun itu mengatakan, Ayu akan pulang ke Makassar dengan menumpang mobil yang dikendarai Yusfikar. “Saya sendiri antar Ayu dan anaknya yang masih berusia tiga tahun sampai di mobil,” kata Suhartini di rumah Ayu, Jalan Telegraf Perumahan Taman Telkomas, Paccerakkang, Kecamatan Biringkanya, Rabu (10/1).
Suhartini ingat betul, siapa saja berada di dalam mobil saat itu. Ia menyebut, Yus duduk di bagian tengah, Ayu dan anaknya juga duduk di tengah.
Sedangkan di depan dan bertindak selaku sopir, seorang pria yang lebih muda dari lelaki yang duduk di sampingnya.
“Saya sempat saat itu, karena laki-laki semua di dalam mobil. Tapi saya lihat temannya (Yusfikar) masih pakai baju dinas. Jadi saya pikir dia orang baik,” ungkap pensiunan Telkom Kabupaten Barru itu.
Suhartini menjelaskan, Ayu berada di Kabupaten Barru sebelum tanggal 25 Desember. “Lama di kampung. Saya juga lupa tanggal berapa. Yang pastinya sebelum Natal dia sudah di rumah. Dan katanya waktu itu dia mau ke Toraja untuk hadiri acara reunian SMA. Tapi batal,” terangnya.
Suhartini mengaku menghubungi Ayu sekitar pukul 09.30 Wita. “Saya sempat video call. Saya tanya sudah sampaikah, Nak. Katanya belum. Saya lihat memang dia masih di dalam mobil,” ujar Suhartini sambil mengusap air matanya.
Setelah itu, Suhartini tak lagi berkomunikasi dengan Ayu. Di kediaman Ayu di Perumahan Taman Telkomas hanya ada suami Ayu, Ruslan (32).
Hanya saja, sejak pagi hari hingga sore hari, Ruslan tak berada di rumah. Ia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Makassar. Namun, saat pulang kerja, Ruslan mengaku bertemu dengan Hanum.
“Saya tanya sama istri saya. Itu anak siapa? Dia bilang anak temannya. Saya minta untuk temannya ambil, karena urus satu anak saja sulit,” ujar Ruslan.
Waktu itu sekitar pukul 19.00 Wita. Ruslan mengaku saat menayakan itu, istrinya menangis.
“Saya tidak bisa apa-apa lagi kalau dia menangis. Dia juga tidak cerita apa-apa. Hanya menghubungi temannya itu untuk menjemput anaknya,” terangnya lagi.
Sekitar 30 menit setelah meminta Hanum dikembalikan, Yusfikar datang menggunakan sepeda motor. “Saya tidak lihat saat dia pergi. Karena saya di dalam kamar dengan anakku,” tandas Ruslan.
Ruslan sendiri siap dimintai keterangan. Sebab dirinya sangat yakin jika istrinya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu.
“Saya siap jadi saksi, Pak. Saya sangat kenal dengan istri saya. Saya tahu dia. Dia tidak mungkin lakukan itu,” tandasnya.
Keluarga Ayu pun telah menerima penjelasan Ayu secara langsung. Hardinas (24), adik kandung Ayu yang mewakili Ibunya dan suami Ayu.
“Ayu dipaksa. Dia takut ada apa-apa kepada anaknya saat itu. Makanya dia turuti kemauan temannya itu,” kata Hardinas.
Ayu menjelaskan kepada Hardinas bagaimana kondisi di dalam mobil saat itu. Katanya sangat mencekam. “Di dalam mobil Ayu lihat pisau. Baru ada satu lelaki yang duduk di dekat sopir bilang saya taumi rumahmu dan anakmu,” ungkap Hardinan lagi.
Seluruh keluarga Ayu berharap hukum bisa ditegakkan. Keluarga Ayu menilai jika anaknya juga korban dari perilaku Yusfikar. (bkm)