Meja Biliar Porprov Dinilai Tidak Memenuhi Standar

  • Bagikan

POBSI Sultra: Meja dan Bolanya KW 10

KOLAKAPOS, Kolaka -- Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sultra ke XIII, bakal resmi dibuka hari ini (5/12) hingga 14 Desember mendatang. Namun, siapa sangka banyak cerita menarik dibalik perhelatan empat tahunan ini. Seperti yang terjadi kemarin (4/12), sejumlah atlet biliar yang datang mengecek lokasi venue biliar di Kantor Bapeda Kolaka mengaku kecewa dengan fasiltas yang ada. Para atlet yang hendak menggelar latihan uji coba di meja biliar itu terpaksa mengurungkan niatnya. Pasalnya, menurut mereka sejumlah fasilitas berupa meja dan bola biliar yang akan dipergunakan saat bertanding nanti dinilai tidak memenuhi standar nasional. Salah satu keluhan itu datang dari atlet, pelatih dan pengurus Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Kabupaten Buton Utara (Butur). Mereka menilai kondisi meja dan bola biliar yang disediakan panitia untuk pertandingan nanti sangat tidak memenuhi standar. Atas kondisi itu para atlet dan pelatih bahkan sempat menyatakan menarik diri dari pertandingan biliar. "Kalau persoalan tarik diri dari Porprov terkait karena persoalan ketidakyakan meja dan bola pada Cabor biliar ini saya rasa tidak dilakukan. Tetapi yang kami minta kepada semua pengurus Cabor biliar, untuk kita kumpul rapat sesegera mungkin dengan pihak panitia pemerintah provinsi dan kabupaten (Kolaka, red) untuk membicarakan kelayakan meja yang ada. Karena terus terang, saya juga sebagai pelatih dan juga ketua Pobsi Butur kalau melihat venue ini tidak memenuhi standar," ungkap Ketua POBSI Butur, Aswan Naim, kemarin (4/12). Menurut dia, meja dan bola yang disediakan untuk pertandingan sodok itu tidak sesuai standar. Sebab, selain karena tidak memakai meja baru, bola biliarnya juga dinilai barang bekas. "Ini menurut hasil pengecekkan kami tadi siang (kemarin, red), teman-teman atlet dari daerah lain juga menyatakan keluhan yang sama," ujarnya. Seharusnya, jelas dia, untuk pertandingan biliar ini panitia bisa menyediakan meja minimal standar seperti meja Muri. Begitupun bola biliar harus memiliki kualitas yang baik seperti belgium aramic pro. "Kami tidak tahu persis bahwa mejanya itu meja baru atau bukan, begitu pula bolanya. Tetapi yang pasti itu memang tidak layak pakai," pungkasnya. Karenanya Aswan menyarankan kepada pihak panitia, baik panitia kabupaten maupun provinsi agar segera mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut. "Panitia kabupaten tuan rumah dan provinsi harus menyikapi persoalan ini dengan mencari solusi sesegera mungkin sebelum pertandingan dimulai, apakah pindahtempatkan atau meja dan bolanya diganti," katanya. Tapi jika panitia tetap memaksakan tetap memakai venue tersebut, maka menurut dia, hal itu akan sangat merugikan atlet. "Kalau ini tetap dipakai, saya kira ini pasti akan sangat merugikan atlet. Khususnya kami dari POBSI Butur, dengan kondisi seperti itu atlet kami terus terang tidak bisa memperlihatkan kemampuan terbaiknya," ucap Aswan sembari mengungkapkan bahwa atlet biliar Butur yang diturunkan di Porprov tahun ini berjumlah lima orang. Senada dengan pelatihnya, Ardi Manzah salah satu atlet biliar Butur, mengakui bahwa meja dan bola biliar yang disediakan panitia memang tidak memenuhi standar. "Kalau untuk saya itu mejanya memang tidak layak pakai, karena tadi (kemarin, red) waktu saya coba biar kita trek saja pakai stik bagus setengah mati mundur bolanya, bola putihnya juga berat. Pokoknya hampir semua jelek, mejanya juga jelek sekali," ujarnya saat ditemui di salah satu rumah biliar di Kolaka, kemarin (4/12). Salah satu master atlet biliar Sultra yang masuk top 10 itu juga menyatakan bahwa, panitia harus segera mencari solusi terkait hal ini. "Saya sudah keliling main kemana-mana tidak pernah memakai seperti meja dan bola seperti itu. Saya pernah ikut seleksi Kejurnas di Semarang, baru-baru juga kita seleksi untuk mewakili Sultra menuju PON. Bahkan sebelumnya saya sudah tiga kali ikut Porprov waktu di Konawe Selatan, Kota Kendari dan di Butur, tapi tidak pernah kita pakai meja dan bola dengan kondisi seperti itu, jauh sekali bedanya. Jadi saya berharap harusnya ini menjadi perhatian panitia, apalagi sekelas Porda (Porprov, red) seperti ini tidak layak sekali," tutupnya. Keluhan yang sama juga datang dari atlet dan pelatih POBSI Buton. Saat dihubungi melalui sambungan selulernya, Ketua POBSI Buton, Aril Alfian Lanae mengatakan, seharusnya panitia dapat menyiapkan fasilitas venue yang mumpuni. Meja dan bola biliar yang digunakan harusnya berstandar nasional. "Semalam kita cek lokasi di Aula Bappeda itu memang fasilitas kurang layak untuk digunakan. Standar Porda itu yang jelas bagusnya meja baru, bola merek standar nasional juga," ujar dia, kemarin (4/12). Dengan kondisi seperti itu, kata Aril, pihaknya mengaku kecewa dengan panitia penyelenggara. Selanjutnya, pihaknya akan bahas diteknikal meeting. "Saya juga tidak bisa intervensi panitia penyelenggara, kalau memang itu yang sudah disediakan yah kita terima saja. Tapi memang ini tidak sesuai dengan ekspektasi kami," ucapnya. Tak hanya atlet dan pengurus POBSI dari dua kabupaten itu, keluhan juga diungkapkan atlet asal Kabupaten Muna. "Ya kami juga sudah cek memang kondisi meja dan bolanya tidak layak pakai. Tapi mau diapa kalau itu yang disiapkan panitia, kita terima pasrah saja," ucap salah satu atlet biliar Muna yang tidak ingin namanya dikorankan. Sementara itu, Sekretaris POBSI Sultra, Najib Husein, yang dikonfirmasi terkait hal itu mengakui bahwa meja dan bola biliar yang disiapkan untuk pertandingan memang memiliki kualitas buruk. "Meja dan bolanya bukan lagi KW satu (imitasi, red) atau KW dua lagi, tapi itu sudah KW 10," ujar Najib Husein saat dihubungi melalui sambungan selulernya, Selasa (4/12) malam. Najib menjelaskan, dengan kondisi tersebut, pihaknya akan segera mencari solusi agar para atlet tidak dikorbankan karena ketidaklayakan penggunaan meja dan bola yang dikeluhkan atlet. Kalau pun, sambung dia, apabila pengurus POBSI dari kabupaten peserta Porprov meminta lokasi yang layak maka hal itu harus disepakati bersama. "Besok (hari ini, red) kita teknikal meeting. Bagaimana jalan keluarnya kita kembalikan ke mereka (peserta, red), kita kan panitia pelaksana pertandingan. Jadi kalau mereka misalnya minta pindah, kita kembalikan ke kabupaten masing-masing. Kalau pindah, pindahnya dimana? Terus harus ada kesepakatan juga apakah mampu kabupaten masing-masing menanggung pemondokan dan makanan atletnnya, itu yang pertama," kata pria yang karib disapa Aba itu. Kemudian, mengenai ketidaklayakan meja dan bola, ia mengaku ada ketidakkompakkan antara POBSI dengan KONI, terkait pengadaan meja dan bola biliar. Menurutnya, POBSI sudah mengarahkan agar KONI Kolaka selaku panitia lokal penyelanggara Porprov untuk menggunakan meja standar. Tetapi, sambung dia, KONI Kolaka seperti tidak mengindahkan arahan itu. "Dengan panitia lokal (KONI Kolaka, red) sudah sering komunikasi, bahkan kami sudah sampaikan kalau mau beli meja ada tempatnya, saya bisa kasih alamatnya. Pak Ketua POBSI Kolaka juga sudah tahu, sebab dia juga bukan pengurus baru. Tapi ternyata pembeliannya POBSI Kolaka juga tidak dilibatkan. Jadi yang eksekusi pembelian meja itu adalah KONI Kolaka sendiri," terangnya. (kal)

  • Bagikan