Mitigasi Bencana di Bilibili Harus Intens
KOLAKAPOS, Makassar -- Bencana banjir yang melanda Kabupaten Gowa sebagai dampak dibukanya pintu bendungan Bilibili, telah menelan korban jiwa dan harta. Peristiwa yang berlangsung, Selasa (22/1) ini diharapkan tidak terjadi lagi. Peringatan dini harus lebih intens disoalisasikan.
Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, meminta Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang (BBWSPJ) menggelar simulasi flood warning bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bendungan Bilibili.
Flood warning adalah sistem peringatan dini dengan sirene bersuara sangat nyaring, yang mengindikasikan ada masalah pada struktur bendungan. Saat flood warning diaktifkan, warga yang mendengar suara sirene segera berusaha menyelamatkan diri ke titik kumpul di daerah dataran tinggi, paling lambat 30 menit sejak suara sirene dibunyikan.
Andi Sudirman mencontohkan simulasi flood warning yang dilakukan PT Vale, perusahaan tambang nikel di Sorowako, Luwu Timur. Perusahaan ini memiliki tiga bendungan, yakni Larona, Balambano, dan Karebbe. “PT Vale melakukan beberapa langkah dalam sistem flood warning. Yaitu memetakan daerah yang terindikasi terdampak jika bendungan jebol, sehingga masyarakat mengetahui posisi rumahnya saat terjadi tanggul jebol. Mereka melakukan simulasi flood warning setiap 6 bulan sekali,” ujar Andi Sudirman, Selasa, (29/1)
ASS menambahkan, sistem flood warning bisa diaktifkan dalam control room dari tempat lain dengan standar prosedur operasional yang ketat. Salah satu manfaatnya ada kepercayaan masyarakat pada sistem peringatan dini jika terjadi bencana, dan tidak mudah termakan informasi bohong (hoaks) yang seringkali membuat panik warga. “Seringkali setiap kali ada gempa atau hujan lebat dalam tempo cukup lama, selalu saja ada info hoaks yang beredar. Semisal jebolnya dam Bilibili yang membuat panik masyarakat. Wajar jika masyarakat khawatir, karena desain daya tampung bendungan mencapai 346 juta kubik air. Jika diasumsikan air akan terlepas 200 juta kubik, maka akan menimpa lahan sekitar 20 ribu hektare dengan tinggi air 1 meter,” terang lulusan Fakultas Teknik Unhas ini.
Sudirman berharap pemerintah segera menerapkan sistem flood warning di bendungan Bilibili. Melibatkan BBWSPJ, Basarnas, BPBD, kepolisian, dan Dinas Sosial. Agar masyarakat di sekitar waduk Bilibili mendapatkan edukasi dan informasi. Saat mendengar suara sirene mereka sudah mengetahui jalur evakuasi yang aman bila terjadi bencana tanggul jebol. “Jika sistem flood warning sudah dibangun, dan rutin disimulasikan setiap enam bulan sekali, maka tetap butuh jadwal perawatan tiap beberapa bulan. Ini untuk memastikan sistem tetap berjalan baik dan siap bekerja setiap saat,” pungkas Andi Sudirman.
Terkait rencana tersebut, Kepala Pengelola Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Je’neberang (BBWSPJ) Teuku Iskandar, merespon positif. BBWSPJ akan menyusun masterplan upaya mitigasi berupa simulasi rutin dampak banjir dan simulasi bendungan jebol. Upaya tersebut sebagai bentuk edukasi publik menghadapi bencana. “Upaya kesiapsiagaan untuk mencegah kepanikan warga akan melibatkan multipihak. BBSWPJ sebagai leading sektor akan berusaha melibatkan SAR, TNI- Polri, pemkab, pemprov, BPBD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, pemerintah kecamatan dan desa, sampai RT-RW hingga masyarakat,” jelas Iskandar.
Sehari sebelumnya, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman meninjau lokasi pengungsian, sekaligus memberikan bantuan kepada korban bencana banjir yang melanda Kabupaten Jeneponto. Bupati Jeneponto Ikhsan Iskandar melaporkan kepada wagub, bahwa rumah yang hanyut sebanyak 75 unit. Rumah rusak berat sebanyak 393 unit. Rumah rusak ringan sebanyak 241 unit.
“Total yang meninggal sebanyak 14 orang. Laki-laki sembilan orang, perempuan 5 orang. Yang dinyatakan hilang satu orang,” ucap Ikhsan Iskandar.
Sekkab Jeneponto M Syafruddin menambahkan, ada 26 unit sekolah yang mengalami kerusakan akibat musibah banjir. Wagub mengatakan, mewakili Pemerintah Provinsi Sulsel dan kabupaten/kota mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas perhatian dari Kementerian Sosial, dan Kementerian Pertanian, serta dinas terkait kepada korban banjir yang ada di Sulsel. “Semoga bantuan ini dapat bermanfaat bagi para korban. Banjir ini adalah sebagai ujian dan bentuk kasih sayang Allah Swt kepada kita sebagai cobaan dan introspeksi,” jata Andi Sudirman.
Ke depannya pemerintah provinsi akan berupaya melakukan pemulihan sesegera mungkin. Termasuk mengupayakan bantuan terhadap kerusakan yang timbul akibat banjir. Setelah itu, kata Andi Sudirman, jika sudah kembali normal akan diadakan kajian-kajian beberapa distribusi penyebab longsor, banjir, dan sebagainya. “Dari kajian ini kita akan lakukan mitigasi program-program untuk meminimalisir timbulnya bencana banjir yang serupa,” tambahnya. (bkm)