Dikmudora Koltim Bedah Rumah Guru Berdedikasi
KOLAKAPOS, Tirawuta--Tidak dapat dipungkiri, masih banyak guru yang belum tergolong sejahtera. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikmudora) Koltim, merespon hal tersebut dengan melaksanakan program bedah rumah guru tak mampu namun berdedikasi tiunggi pada profesinya.
Program bedah rumah guru tersebut kata Kadis Dikmudora Koltim, Surya Adelina Hutapea, terlaksana melalui sumbangan sukarela para guru se Koltim bersama pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Koltim. Tahun ini, tiga rumah menerima bantuan bedah rumah. Dua telah dilaksanakan. Satu rumah lainnya diserahkan secara simbolis saat peringatan Hari Guru Nasional ke 74 di Koltim kemarin (27/11).
Surya Adelina menjelaskan Dikmudora menentukan kriteria terhadap penerima bantuan bedah rumah. Diantaranya, guru lulusan SMA, ekonomi lemah, berdedikasi tinggi, tidak memungkinkan lagi kuliah dan tidak putus dalam pengabdian. "Program kami 12 kecamatan minimal, kita akan bedah rumah guru yang sesuai dengan kriteria yang kami berikan. Tadi yang diserahkan pak bupati, kunci untuk rumah yang ketiga, salah seorang guru di kecamatan Poli-polia," jelasnya.
Dia sendiri tidak menentukan target berapa rumah guru yang akan dibedah dalam setahun. Hal itu, karena bantuannya bersifat tanggung bersama. Jika dana sumbangan telah terkumpul, akan langsung disalurkan kepada guru yang lolos kriteria. "Kami tidak menargetkan berapa luas atau besaran anggarannya. Bantuan bedah rumah pertama, rumahnya cukup luas sehingga anggaran yang diperlukan, hampir 100 juta. Rumah yang kedua tidak terlalu besar, dia 40 jutaan. Yang ketiga ini besar lagi sebenarnya, sehingga dia mencapai 51 juta rupiah. Jadi tidak ada target berapa kali berapa, tapi kalau dia jatuh pas pilihan pada rumah tersebut, kita berupaya untuk mencarikan dana," bebernya.
Syarat guru tamatan SMA sengaja dipilih kata ketua TP PKK Koltim ini, untuk memberikan motivasi ekstra agar mau terus berkarya. Sehingga, guru SMA merasa kinerjanya selama ini mendapat atensi dan penghargaan dari dinas dan guru lainnya. "Harapan saya, pertama guru dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa. Saya ingin itu tidak hanya slogan, tetapi benar-benar kami wujudkan dalam bentuk perhatian kami kepada guru-guru tersebut, bahwa meski tidak sarjana, golongan II, kami memotivasi untuk meningkatkan kinerjanya," tambahnya.
Ia menegaskan, anggaran untuk bantuan bedah rumah itu, murni berasal dari sumbangan guru dan sumbangan pribadi yang tidak mengikat. "Tidak ada dalam nomenklatur Dikmudora," tegasnya. (ema)