KOLAKAPOSNEWS.COM, Kolaka -- Meski dirinya hanya tamatan SMK dan tidak memiliki disiplin ilmu dalam menulis, akan tetapi Vivi Evira yang biasa disapa Vira warga Lamokato, kecamatan Kolaka, mampu membuktikan bahwa dirinya bisa membuat karya tulis yang bisa diterima oleh penerbit.
Vira yang kesehariannya bekerja disalah satu Bank swasta di Kolaka ini, rupanya termotivasi membuat suatu karya tulis dalam bentuk buku karena melihat kondisi masyarakat yang ada disekitarnya.
Dengan belajar secara otodidak dan belajar lewat online, Vira sudah membuat dua buku yang berjudul Cahaya Hidayah dan Isteriku Guru Tahfiz, yang telah diterbitkan oleh salah satu penerbit yang ada di pulau Jawa.
Vira mengatakan, suka duka menjadi penulis cukup banyak, namun semua itu bisa dilaluinya dengan usaha dan doa. Sehingga dirinya mampu membuat sebuah karya tulis.
"Alhamndulillah meski awalnya cukup berat belum lagi kalau tulisan kita ditolak penerbit, akan tetapi tidak menyurutkan semangat saya untuk bisa menulis sebuah buku. Dan saya termotivasi menulis itu waktu pulang dari Raha tahun 2013 lalu, setelah tugas di kantor cabang Raha. Kemudian saya baca buku salah satu penulis ternama ibu Setiana Dewi, disitu saya mulai mencoba menulis. Tadinya saya fikir menulis itu gampang, ternyata agak susah karena harus mencari banyak inspirasi sebelum menulis, kalau tidak ada inspirasi kita tidak bisa akan menulis sebuah buku dan itu kunci utama dalam menulis, yakni inspirasi sebuah tulisan," ujar Vira saat ditemui media ini, Kamis (1/10).
Sebagai awal inspirasinya untuk menulis sebuah buku, ibu satu anak ini mengaku, terinspirasi melihat salah satu kakek renyah yang masih kuat mencari uang meski fisiknya sudah tidak kuat lagi.
"Jadi untuk tulisan pertama saya yang diterbitkan pada tahun 2014 lalu dengan 172 halaman, saya terinspirasi kepada seorang kakek tukang becak sehingga saya mulai belajar menulis secara otodidak, tapi kabarnya saya dengar si kakek sudah meninggal diatas becaknya dan sempat viral," akuhnya.
Adapun kata Vira, untuk buku keduanya yang diterbitkan pada tahun 2019 lalu, dirinya termotivasi dari kehidupan sahabatnya. Dimana sahabatnya itu, bisa menjadi guru tahfiz meski keadaan fisiknya tidak normal, akan tetapi mampu mengabdikan diri untuk regenerasi.
"Sahabat saya cacat tapi dia bisa membimbing ratusan anak tahfiz. Jadi untuk buku kedua ini dengan 210 halaman yang berjudul Isteriku Guru Tahfiz, mengisahkan tentang perjalanan hidup sahabat saya," terangnya.
Saat ini, lanjutnya, dirinya sedang menyusun buku yang ketiga, sehingga dirinya berharap ada perhatian dari pemerintah khususnya Pemda Kolaka, agar bisa memperhatikan dan memfasilitasi para penulis. Sebab, saat ini ada banyak penulis yang masih terkendala fasilitas. Selain itu, hasil karya tulis mereka masih dipasarkan di pulau Jawa.
"Saya sedang menyusun untuk buku yang ketiga, semoga saja ada perhatian dari Pemda Kolaka bisa membantu para penulis, karena di Kolaka ini ada banyak penulis sehingga ada komunitas penulis yakni forum lingkar pena. Utamanya terkait fasilitas seperti laptop, agar para penulis bisa terus berkarya," harapnya.
Adapun untuk menyelesaikan satu buku dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bisa menyelesaikan. Selain itu, dibutuhkan suasana tenang untuk bisa membuat tulisan.
"Kalau untuk buku pertama saya itu tiga bulan dan buku kedua saya itu enam bulan. Sedangkan untuk harga buku saya itu Rp70 ribu untuk harga Kolaka. Kami sangat berharap pemerintah bisa memfasilitasi juga, agar buku kami bisa dimasukkan di kantor Perpustakaan Kolaka, supaya karya kami juga bisa dibaca oleh masyarakat Kolaka," tutupnya. (k9/b)