25 Ribu Warga Buteng Minta Azhari Jadi Bupati
KOLAKAPOSNEWS.COM, Kolaka- Warga Buton Tengah (Buteng) tampaknya tidak main-main meminta Rektor USN Kolaka, Dr Azhari untuk maju sebagai bupati. Keseriusan itu dibuktikan dengan 25 ribu formulir dukungan untuk Azhari.
Jika dikalkulasikan dengan data Pilcaleg 2019, tercatat 49 ribu warga Buteng menyalurkan hak
pilihnya. Artinya, dengan 25 ribu dukungan untuk Azhari, sebanding dengan lebih dari 50 persen wajib pilih yang meminta Azhari pulang kampung jadi bupati Buteng. Padahal, dukungan tersebut cuma digalang selama dua bulan. Tepatnya saat warga dan tokoh adat Buteng pertama kali meminta Azhari pulang kampung di Buteng, pada September lalu.
25 ribu dukungan itu berasal dari masyarakat wajib pilih pada tujuh kecamatan di Buteng. Diantaranya, 5.000 dukungan dari masyarakat kecamatan Lakudo, 9.800 dari masyarakat kecamatan Mawasangka, 3.000 Mawasangka Tengah, dan 3.660 dari kecamatan Gu.
Salah satu tokoh masyarakat Buteng, Haji Kamil mengungkapkan bahwa berkas dukungan yang terkumpul tersebut sebagai bentuk keseriusan masyarakat untuk meyakinkan Azhari agar mau pulang kampung dan maju di Pilkada Buteng nanti. "Saya selaku koordinator relawan kecamatan Lakudo menyampaikan bahwa capaian KTP yang sebelumnya diberikan tantangan oleh Pak Doktor Azhari, Alhamudlillah kami sudah penuhi, begitu pula dari 6
kecamatan lainnya. Jadi kami datang ke sini (Kolaka, red) karena sudah siap membawa pulang (ke Buteng, red)
Pak Doktor, karena apa yang ditargetkan sudah kami capai dan serahkan langsung bukti fisiknya," kata Haji Kamil usai menyerahkan berkas dukungan di kediaman Azhari, Minggu (15/11) malam.
Haji Kamil mengakui, masyarakat begitu antusias mendukung Azhari untuk menjadi 01 Buteng. "Bahkan beberapa masyarakat datang sendiri membawa KTP nya dengan harapan Pak Doktor segera pulang kampung untuk
membangun daerah," ucapnya.
Sementara itu, Azhari menyampaikan terimakasih kepada seluruh masyarakat Buteng yang telah memberikan
dukungan untuk maju di Pilkada nanti. "Saya merasa apa yang mereka sampaikan malam ini sudah sesuai dengan
yang saya minta waktu pertama mereka datang ke rumah ini bersama tokoh-tokoh adat," kata Azhari.
Dari 25.000 surat dukungan masyarakat yang ada saat ini, Azhari dan relawan bahkan optimis dukungan masyarakat masih akan bertambah hingga mencapai 75 persen, apabila kembali membuka penggalangan dukungan untuk tahap kedua. "Kalau Pemilu dilaksanakan pada 2022, maka tahun depan mungkin kita masih bisa menerima dukungan masyarakat. Dan kita estimasi dukungan bisa bertambah sampai 75 persen. Saat ini kan sudah 50 persen lebih, berarti tambahan dukungan itu paling banyak ya sekitar kurang dari 10.000 lagi, itu sudah bisa dapat angka 75 persen," kata pria peraih Rekor MURI Rektor Perguruan Tinggi Negeri termuda ini.
"Harapan saya setelah terkumpulnya dukungan ini, kita di Buteng tetap damai-damai saja. Tidak usah kita menanggapi ini terlalu berlebihan, karena ini adalah demokrasi," ujarnya menambahkan.
Untuk diketahui, Minggu (15/11) malam, sejumlah warga Buteng yang terdiri dari tokoh masyarakat, pemuda, politisi dan simpatisan kembali menemui Azhari di kediamannya di Kolaka. Kedatangan mereka untuk menyerahkan berkas
dukungan berupa lembar formulir B1KWK, foto copy KTP, serta surat pernyataan dukungan.
Berkas dukungan tersebut untuk menjawab tantangan Azhari pada September 2020 lalu, saat pertama kali mereka datang ke Kolaka. Saat itu, ratusan masyarakat dari berbagai kalangan datang ke Kolaka hanya untuk mengajak Azhari pulang memimpin tanah kelahirannya, Buton Tengah. Mereka yang terdiri dari perangkat adat, tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh pemuda dan para milenial, datang untuk “melamar” Azhari sebagai calon bupati Buteng pada Pilkada 2022. Bagi mereka, sudah cukup Azhari membangun daerah lain, kini saatnya membangun tanah Buton Tengah.
Namun saat itu, Azhari mengatakan kepastian maju tidaknya di Pilkada Buteng akan ditentukan melalui dukungan masyarakat Buteng itu sendiri. Karenanya ia meminta masyarakat yang hadir untuk mulai menggalang dukungan masyarakat melalui formulir B1KWK perseorangan sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU), seperti foto copy KTP serta surat pernyataan dukungan antara Azhari dengan warga pendukung. Apabila hasilnya didukung oleh masyarakat mayoritas, maka Azhari memastikan maju jadi calon bupati. Sebaliknya, apabila hanya memperoleh dukungan minoritas maka ia tidak maju.
“Kalau memang masyarakat sudah menginginkan saya secara mayoritas untuk meminta saya menjadi bupati memimpin mereka, maka itu sudah kewajiban saya untuk pulang. Tapi seandainya itu tidak terpenuhi berarti belum saatnya saya pulang berkarir disana, dan saya akan melanjutkan karir sebagai ASN,” kata Azhari waktu itu. (kal)