Pulang Kampung, Azhari Siap Jawab Panggilan Masyarakat Jadi Bupati Buteng
Delapan belas tahun menjabat Rektor USN menjadikan nama Azhari sangat identik dengan jabatan tertinggi di kampus merah marun itu. Namun pada 15 Agustus 2022 lalu, ia secara resmi menyerahkan jabatannya kepada rektor baru, Dr Nur Ihsan.
Pasca tak lagi menjabat, apa yang dilakukan pria kelahiran Mawasangka, Buton Tengah tahun 1976 ini, dan bagaimana ia merancang langkah selanjutnya? Berikut penuturannya bersama Redaktur Kolaka Pos, Kaulia.
Setelah tak lagi menjabat Rektor USN, apa yang akan bapak lakukan ke depan?
Lho saya kan masih menjadi dosen di kampus. Karir saya sebagai ASN masih panjang, karena usia pensiun saya masih lama. Kemudian setelah tidak jadi rektor, itu kan lebih banyak pilihan. Saya bisa bertarung kembali di Pilgub sebagai calon wakil gubernur atau apa gitu kan. Bisa juga ke DPR RI atau DPD atau bisa melamar untuk menjadi pejabat struktural di Jakarta atau menjadi calon Dirjen di Kementerian. Ada banyak pilihan.
Diantara banyak pilihan itu, sepertinya bapak lupa pernah diminta warga Buton Tengah untuk jadi bupati di sana?
Oh tidak lupa. Diantara banyak pilihan itu salah satunya mengikuti panggilan masyarakat untuk pulang kampung. Itu memang kami persiapkan untuk pulang kampung menjadi calon bupati di sana sesuai panggilan masyarakat. Bukan tidak dipikirkan, justru itu dipikirkan prioritas.
Jadi bapak serius mau maju jadi calon bupati Buton Tengah?
Iyalah, saya serius dan seperti yang saya katakan tadi, itu prioritas saya selanjutnya.
Apa sih pertimbangan bapak mau calon bupati?
Setidaknya ada dua alasan yang yang membuat mau jadi calon bupati di sana. Pertama, saya tidak ingin kecewakan tokoh-tokoh adat dan masyarakat Buton Tengah yang pernah datang panggil saya di rumah di Kolaka ini. Karena saya juga sudah terlanjur mengiyakan permintaan mereka. Kemudian kedua, saya ingin datang untuk membuktikan bahwa bisa membuat Buton Tengah maju, itu saja. Karena kalau mau cari uang bukan di situ tempatnya. Saya ini 18 tahun menjadi rektor, dan kalau saya menjadi pejabat di Jakarta sangat terbuka buat saya.
Tapi kalau tidak salah, selama ini bapak jarang pulang ke Buton Tengah. Itu kenapa?
Iya betul. Kenapa selama ini tidak pulang ke Buteng? Ya, memang belum saatnya pulang karena saya masih menjadi rektor. Rektor negeri itu jabatan struktural akademik yang moralnya terlalu tinggi, kita tidak boleh berpolitik praktis untuk diri kita. Tetapi sekarang kan sudah selesai (menjabat rektor), jadi sudah bisa pulang. Insya Allah saya akan pulang untuk menemui keluarga dan masyarakat di sana.
Ada rencana pulang ke sana dalam waktu dekat ini ?
Insya Allah. Kan sekarang sudah selesai jadi rektor. Kita akan pulang ketemu keluarga, teman-teman dan masyarakat di sana. Dan kalau memang ditakdirkan di sana untuk menjadi bupati bahwa pak Azhari mau maju sepanjang sehat, saya akan pulang maju untuk bupati di sana.
Selain sebagai ASN, bapak juga developer perumahan kan? Punya modal dong untuk jadi bupati?
Ya, makanya saya berani maju jadi bupati. Saya sudah pernah maju jadi wakil gubernur, saya juga pernah maju jadi calon bupati Buton. Artinya saya sudah berpengalaman dalam permainan gitu loh. Padahal dulu saya hanya rektor perguruan tinggi swasta (sebelum USN berstatus kampus negeri pada tahun 2013).
Itu dulu, kalau sekarang?
Nah sekarang, kalau untuk maju sekarang ini harus punya usaha. Makanya setelah berhenti jadi rektor ini saya tidak mau jadi pejabat dulu, karena kalau jadi pejabat itu terbatas. Contohnya sekarang, saya bikin perumahan, tapi saya tidak bisa punya PT (Perseroan Terbatas). Sebagai rektor (pada saat itu), saya tidak boleh memiliki PT, atau menjadi komisaris atau direktur itu nggak boleh. Tapi kalau sudah tidak jadi pejabat, saya sudah bisa menjadi pengusaha dalam arti menjadi komisaris atau pemilik saham di beberapa perusahaan, itu sudah bisa.
Perumahannya dimana saja?
Kita punya dua lokasi di Kecamatan Kolaka dan Tanggetada. Kita menjual perumahan ini sudah tiga tahunan. Sudah lebih dari 200 unit rumah yang terjual. Dan alhamdulilah kita tidak pinjam uang bank untuk membangun rumah itu. Saya tidak punya utang di bank. Tahun ini penjualannya sudah ada 50an unit, itu belum termasuk yang sudah siap terjual 15 unit lainnya. Jadi tahun ini kita target 60 atau 70 unit rumah.
Saya sudah punya izin site plan dari Pemda, sudah selesai semua izinnya. Di Tanggetada kita punya 195 unit dan di Kolaka kita punya 690 unit. Totalnya hampir 900 unit. Dari jumlah itu baru 200an yang kita jual.
Kabarnya, bukan hanya perumahan saja bisnis yang bapak punya. Karena yang saya dengar, bapak juga sudah mulai menjajaki usaha pertambangan?
Iya, kemarin kita sudah mulai jajaki beberapa teman di Jakarta untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Itu sudah jalan, dua atau tiga perusahaan, di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara ini. Tapi itu belum bisa saya jelaskan terlalu jauh, karena masih dalam proses.
Oke, itu tadi tentang keseriusan bapak untuk jadi bupati di Buton Tengah. Saya juga ingin mengulik sedikit tentang kontribusi bapak terhadap pembangunan Buton Tengah. Setahu saya, bapak punya "warisan" semasa jadi Rektor USN, berupa kampus USN di Buton Tengah kan?
Oh, itu kampus B USN Kolaka. Itu dibangun menggunakan anggaran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) tahun 2019 dari Kementerian Keuangan.
Apakah kampus USN di Buteng itu dipersiapkan untuk berdiri sendiri?
Ya. Jelas memang itu dipersiapkan akan berpisah ke depan. Di sana itu bisa menjadi universitas, bisa juga menjadi institut atau satu fakultas tersendiri. Nah, sekarang ini kan fakultasnya belum siap, itu baru gabungan program studi. Kampus di sana bisa menjadi universitas ketika Buton Raya nanti kelak jadi provinsi atau Muna nanti bergabung juga, di sana bisa menjadi universitas negeri itu tetap bisa kok. Kampus di Buteng itu bisa juga menjadi Fakultas Sains dan Teknologi campuran maritim gitu. Itu tetap bisa jadi universitas karena institut dan universitas itu kan beda. (*)