Belajarlah Bijak

  • Bagikan

Oleh:
Komjen Pol (p) Dr (HC) Andap Budhi Revianto, SIK., MH.
Pj. Gubernur Sulawesi Tenggara

Ada sebuah kalimat bijak berbunyi: jika kukumu panjang, maka yang harus dipotong adalah kukunya, bukan jemarinya. Jika ada rasa ego dalam sebuah persahabatan, maka yang harus dipangkas adalah rasa ego itu, bukan persahabatan yang dimusnahkan.

Bijak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir. Bijaksana artinya selalu menggunakan pengalaman dan pengetahuannya; tajam pikiran atau pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya) dalam menghadapi kesulitan dan sebagainya.

Kata Imam Al Ghazali: Kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu menguasai hawa nafsunya. Kesengsaraan adalah ketika seseorang dikuasai oleh hawa nafsunya. Janganlah kamu takut jika ada yang membencimu, karena masih banyak yang mencintaimu di dunia. Tapi resah dan takutlah andai Allah membencimu karena tiada lagi yang mencintaimu di akhirat.

Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, kadang istilah bijak sangat mudah diucapkan dengan lisan, tapi tak semudah membalikkan telapak tangan dalam implementasinya. Penerapan sikap bijak dan adil sangatlah kualitatif, tak bisa diukur secara kuantitatif. Tak heran bagi orang-orang beriman meyakini bahwa hanya Allah-lah yang Maha Bijak dan Maha Adil. Meski demikian, kita sebagai manusia, paling tidak harus terus belajar bersikap bijak.

Kita harus banyak belajar. Mahatma Gandhi berkata: Hiduplah kamu seolah-olah akan mati besok dan belajarlah kamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya.

Untuk mencapai sebuah langkah bijak dalam kehidupan, kita harus belajar diam dari banyaknya bicara. Terkadang diam itu adalah emas.

Belajarlah bersabar dari kemarahan. Orang-orang yang mampu menahan amarahnya karena keimanannya merupakan sebuah anugerah yang sangat luar biasa dari Tuhan.

Belajarlah mengalah dari sebuah keegoisan. Ketika kita dikendalikan oleh hawa nafsu, maka kekuasaan atas keegoisan akan selalu menjadi bagian mayoritas yang akan menguasai diri kita. Ketika kita mampu menekan keegoisan itu, menandakan Anda berkuasa atas hawa nafsu sendiri. Insya Allah.

Selain itu, belajarlah tegar dari setiap kejadian dan tantangan. Jika sudah sampai pada level ini, Anda benar-benar menjadi seorang yang bijak. Alquran pun menuntun kita untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong yang baik (QS 2 : 153).

Dalam menggapai semua hal tersebut, dibutuhkan sikap yang konsisten untuk selalu bersyukur atas segala sesuatu. Karena hanya orang-orang pandai bersyukur akan mampu menguasai sifat ego, memiliki sikap tegar, hati yang selalu bersabar dan pastinya dia termasuk orang-orang yang bijak.

Tetap semangat… Hu… Ha…. (@br)

  • Bagikan