KOLAKAPOSNEWS.COM, KENDARI - Salah satu kerinduan para perantau asal Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, berada di "negeri rantau" yakni merasakan nikmatnya masakan khas daerahnya. Gantala Jarang (masakan bening daging kuda). Menikmati Gantala Jarang sangat sulit didapatkan di daerah rantau.
Bagi masyarakat Jeneponto yang ada di Sulawesi Tenggara, khususnya mereka yang berdomisili di Kota Kendari memiliki beragam kreativitas menghidupkan nuansa Turatea di Kota Lulo. Bernaung di bawah Kerukunan Keluarga Turatea (KKT) Jeneponto, nilai-nilai "abbulo sibatang" tetap terpelihara. Sesekali berkumpul menikmati "gantala jarang" memperkokoh persaudaraan dalam bingkai "abbulo sibatang".
Ketua BPW KKT Jeneponto Sulawesi Tenggara, Prof. Dr. H. Eka Suaib, M.Si., mengungkapkan, menikmati Gantala Jarang di Kendari mengobati kerinduan terhadap kampung halaman. Ada beberapa orang warga Jeneponto di Kendari sering menyuplai kuda ke Kendari. "Kuda itu dipotong di Kendari. Ada juga yang menyuplai sudah dalam bentuk daging dari Jeneponto. Warga Jeneponto di Kendari akhirnya bisa menikmati masakan gantala dan konro kuda," ungkapnya.
Dekan FISIP UHO itu menambahkan, masakan gantala mempersatukan warga Turatea untuk duduk bersama ditengah kepadatan aktivitas masing-masing. Waktu diarrange sedemikian apik agar bisa berkumpul. "Makan daging kuda bersama itu hanya sunnahnya. Wajibnya adalah warga Turatea tetap solid dan kompak dalam kebersamaan dalam bingkai rasa persaudaraan di negeri rantau," ujar Prof Eka Suaib, saat silaturahmi warga KKT di kediaman Muh Ewa di Kendari, Sabtu (22/6/2024).
Sekretaris Umum BPW KKT Jeneponto Sultra, Prof. Dr. Kamaruddin, S.Ag., SH., MH., menambahkan, hubumgan kekeluargaan yang kuat akan memperkokoh kehadiran warga Jeneponto di daerah rantau. Kreativitas-kreativitas mempersatukan warga Jeneponto yang berada di Kendari dilakukan dengan berbagai cara. "Salah satunya dengan acara makan gantala bersama," ujar Prof Kamaruddin yang juga menjabat Dekan Fakultas Syariah IAIN Kendari.
Pengurus KKT Jeneponto Prof. Iskandar, S.P., M.Si., Ph.D mengatakan, gantala jarang sebagai makanan khas jeneponto menjadi label bagi mereka yang berdarah Tanah Turatea. Filosofi daging kuda sebagai simbol pemersatu. "Tradisi makan gantala jarang perlu dilestarikan dimana pun kita berada. Makan bersama gantala jarang sebagai alat pemersatu. Outputnya, lahir kebersamaan, kekompakan dan kerja sama yang hebat," ungkapnya.
Guru Besar Universitas Halu Ole (UHO) ini menambahkan, masakan khas Jeneponto ini bahkan sudah terdifusi kepada suku-suku lain. Mereka menikmati dan memberi persepsi positif atas rasa khas yang dimiliki daging kuda. "Dari aspek kesehatan, daging kuda itu juga obat. Rendah kolesterol. Pokoknya, assipaki," katanya.
Ketua DPD Kerukunan Keluarga Soppeng (KKS) Sultra, AKBP (P) H. Ruslan memberikan apresiasi atas kekompakan KKT Jeneponto Sultra. "Saya bangga dan berterima kasih bisa bergabung dengan teman-teman KKT menikmati gantala kuda," ujarnya. (aka)