Sitti Saleha, pj Bupati Bombana yang Merakyat — Percepat Konsultasi Tamu, untuk Kunjungi Warga tak Mampu

  • Bagikan
Jadi pejabat apalagi pemimpin daerah bukan berarti harus tinggi hati. Menyentuh terhadap kesengsaraan rakyat, merupakan bukti kongkrit seberapa dekatnya pejabat dengan rakyatnya. Hal itu diperlihatkan Pj.bupati Bombana, Sitti Saleha. Ld.Haliqfat - Rumbia Sejak dilantik akhir Agustus tahun lalu sebagai pj bupati Bombana, Sitti Saleha memang tidak punya banyak waktu lowong. Belum lama menjabat, dia langsung diperhadapkan dengan sisa anggaran yang sangat minim untuk menopang pemerintahan, lanjut dengan penganggaran keuangan tahun 2017 dan penyesuaian UU Aparatur Sipil Negara yang melibatkan pelantikan 7690 pejabat eselon II, III dan IV. Dia bahkan diprediksi tidak akan memiliki waktu yang lama di Bombana, karena statusnya sebagai pejabat bupati, hanya berlangsung hingga bupati definitif dilantik, sedangkan Pilkada akan berjalan bulan depan. Namun, itu bukan halangan untuk terus bekerja demi Bombana. Seperti siang itu, bupati perempuan pertama di Sultra itu mendapat beberapa kunjungan konsultasi dari kepala SKPD. Sejak pagi hingga pukul 10.00, intensitas permbicaraan seolah tidak surut. Namun, ketika waktu menunjukkan pukul 10.20, Sitti Saleha mulai terlihat gelisah. Beberapa kali dia memperhatikan jam di tangannya, lalu melirik jam dinding, seperti tidak yakin dengan salah satu diantaranya. Dia kemudian berdiri berjalan beberapa langkah dari kursinya, kembali duduk, berdiri dan duduk lagi hingga beberapa kali. Tidak lama kemudian, wanita berjilbab itu menyudahi pertemuan dengan beberapa kepala SKPD. Ia lalu memanggil kabag Humas. Berbincang sedikit, ia langsung bergegas jalan keluar ruangan diikuti kabag Humas, kabag Umum dan Kabag Pembangunan. Ia hanya melemparkan sedikit senyuman ketika melihat wartawan berdiri, dan kembali berjalan seolah terburu-buru. Sesampainya di parkiran, ia langsung naik ke mobil dinasnya yang sejak tadi terparkir di kantor. Tiga Kabag yang sejak tadi bersamanya, turut mengikuti langkah Sitti Saleha. Mobil tersebut kemudian dipacu menuju arah kelurahan Lameroro. Dari jalan poros, mobil tersebut kemudian berbelok ke dalam lorong sekitar satu kilometer. Di antara kebun warga itu, mobil yang ditumpangi pj bupati berhenti. Tepat di dusun I kelurahan Lameroro, kecamatan Rumbia itu, pj bupati turun. Diikuti beberapa stafnya, ia berjalan kaki menerobos terik matahari. Ia menuju sebuah gubuk berukuran sekitar 2X3 meter. Sebelum masuk ke dalam gubuk, Sitti Saleha berhenti sejenak, ia memperhatikan sekeliling gubuk itu. "Ini tidak layak huni," katanya terkait kondisi gubuk tersebut. Sepintas, memang gubuk tersebut sangat tidak layak dijadikan hunian. Atapnya hanya tersusun dari daun rumbia yang sudah lapuk dibeberapa bagian hingga menyisakan lubang. Dindingnya juga hanya disusun dari daun hagel yang banyak terdapat disekitar situ. Masuk ke dalam, keprihatinan Sitti Saleha juga tidak berkurang. Jangankan hiasan, perlengkapan sehari-hari saja tidak tersedia di gubuk itu. Di tiang-tiangnya banyak terdapat sarung yang dibentuk sedemikian rupa dan difungsikan sebagai ayunan bayi. Ya, di dalam gubuk itu memang ada cucu Tangi yang masih bayi. Gubuk tersebut telah ditinggali Tangi, seorang nenek yang telah berusia 70 tahun selama beberapa tahun belakangan bersama keluarganya. Pj Bupati yang sejak tadi memperhatikan kondisi gubuk tersebut, nampak mulai rapuh. Sesekali ia mengedipkan matanya yang nampak mulai digenangi air mata. Hatinya semakin terpukul ketika mengetahui gubuk tersebut bukan milik pribadi Tangi. Dia hanya menumpang digubuk tersebut, sekaligus menjadi penjaga kebun yang juga milik orang lain. Ketika akan masuk ke dalam gubuk, Sitti Saleha merangkul Tangi dengan erat. Hampir satu jam pj bupati berbincang dengan nenek berperawakan kurus itu. Sebelum pamitan pulang, Pj bupati memberikan bingkisan berupa perlengkapan bayi, makanan dan uang untuk keperluan Tangi dan keluarganya. "Ada hak untuk orang lain dari apa yang kita miliki saat ini," kata Sitti Saleha. "Tidak ada perbedaan antara saya dan warga. Jabatan yang saya pegang ini hanya titipan. Ketika saya pensiun, saya akan jadi masyarakat biasa juga," jelasnya. (***/c)
  • Bagikan