Desa Taore dan Awiu, Mulai Rasakan Manfaat Tenaga Kesehatan
KOLAKAPOS, Tirawuta--Dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Aere Kabupaten Kolaka Timur. Desa Taore dan Desa Awiu merupakan dua desa yang memiliki medan yang susah di jangkau. Sebab, ketika musim hujan tiba, dari pusat Kecamatan harus membutuhkan empat sampai lima jam untuk mencapai desa tersebut. Padahal jarak dari kantor Puskesmas Aere ke Desa Taore kurang lebih sekitar tiga puluh kilo meter saja.
Meski hanya sekitar tiga puluh kilo meter. Namun karena kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Selain itu, harus melewati pegunungan serta jurang yang terjal dengan kedalaman diperkirakan bisa mencapai puluhan meter. Itupun hanya roda dua yang mampu melewati medan yang banyak resiko tersebut.
Dari dua desa tersebut. Ternyata, belum secara keseluruhan warganya memiliki jamban. Namun masih tersisa sekitar sepuluh persen yang belum memilikinya. Hal itu diketahui, ketika akhir pekan kemarin Kepala Puskesmas Aere Firman bersama tenaga medis dan wahana visi menuju desa taore dan Awiu dengan agenda pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat selama dua hari melakukan pelayanan di Desa Taore dan Desa Awiu.
"Dari data yang ada sisa sepuluh persen yang belum mempunyai jamban,tapi bulan ini saya target sudah ada semua," ungkapnya.
Terkait pelayanan kesehatan di dua desa tersebut katanya, pihaknya telah menempatkan dua bidan PTT dan dua orang perawat dan mereka siap 24 jam. Hal itu kita lakukan katanya, mengingat kondisi wilayah terpencil, sehingga sangat diperlukan pelayanan maksimal, belum lagi masyarakat masih banyak belum memahami arti pentingnya kesehatan. "Dalam sosialisasi berlangsung dua hari itu, merupakan bantuan stimulan dari Dinkes Koltim bersama wahana visi," katanya
Sementara itu, Dekdes Taore Andi Mukhlis yang mengantar tim kesehatan menuturkan, sosialisasi ini sangat penting bagi warga. Sebab, meskipun mereka tinggal di pegunungan tapi perlu juga memahami tentang mamfaat jamban itu demi kesehatan mereka,dari pada harus keluar ke kebun menggali tanah untuk buang air, selain sosialisasi jamban juga di adakan pelayanan KB serta pelayanan kesehatan secara serentak dan rutin di lakukan tiap bulan.
Para bidan dan perawat yang di tempatkan di sini katanya sangat sabar dan ulet. Sebab, karakter masyarakat keras,fasilitas PLN tidak ada, hanya memakai gengset di malam hari itupun hanya sampai jam sembilan malam, setelah itu memakai pelita, belum lagi para bidan untuk pelayanan tiap hari harus melewati tebing. "Tapi alhamdulillah selama ada bidan PTT dan perawat, kesehatan masyarakat di sini mengalami peningkatan, khususnya ibu ibu hamil yang sangat rentan, begitupun juga anak anak tidak seperti tahun sebelumnya bila sakit mengandalkan dukun, sekarang selalu sama tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan," tutupnya. (ing)