Cara Pelindo IV Genjot Ekonomi di Indonesia Timur
KOLAKAPOS, Jakarta--PT Pelindo IV mendukung pembangunan konektivitas laut di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan implementasi direct call dan direct export ke luar negeri.
Langkah ini dilakukan lewat kerja sama dengan perusahaan pelayaran internasional asal Hong Kong, SITC.
Direktur Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan PT Pelindo IV, Farid Padang mengatakan direct call dan direct export memang intens dilakukan perseroan, melalui beberapa pelabuhan besar di KTI.
Pelabuhan yang dimaksud di antaranya Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Balikpapan dan Pelabuhan Jayapura.
"Direct call dan direct export langsung manfaatnya banyak. Kedua kegiatan itu harus ada di Indonesia Timur karena selama ini selalu terpusat di Jakarta dan Surabaya. Sehingga perekonomian daerah di Indonesia Timur bisa meningkat hingga memberi kesejahteraan bagi masyarakat luas," kata Farid.
Jika berkaca pada hasil implementasi International Direct Call di Makassar, Pelindo IV terbukti mampu mengurangi waktu ekspor ke China menjadi hanya 16 hari dari semula 24 hari. Dengan begitu, ekspor ke Jepang turun menjadi 18 hari dari semula 28 hari. Sementara ke Korea menjadi 17 hari dari semula 26 hari.
"Efisiensi waktu yang signifikan tersebut didapat karena dengan direct call, tidak ada lagi proses dwelling time yang biasanya memakan waktu 5 hingga 9 hari," tutur dia.
Bahkan biaya per kontainer bisa berkurang drastis, dari semula mencapai Rp 4.095.600 per kontainer menjadi hanya Rp 792 ribu per kontainer.
Hal serupa terjadi untuk direct call di Balikpapan. Lama waktu ekspor ke Shanghai, China terpangkas menjadi 9 hari dari semula mencapai 25 hingga 30 hari. Biaya logistik pun bisa hemat sekitar US$300 hingga US$500 per kontainer.
"Daya saing produk pun akan meningkat, misalnya seperti ikan beku jauh lebih segar bila lewat jalur direct call karena waktunya lebih singkat. Sehingga sampai di Negara tujuan kualitas ikan masih bagus, harga pun tinggi. Tentunya ini akan memberikan multiplier effect bagi Kawasan Timur Indonesia (KTI)," kata Farid.(jpnn)