Alami Gizi Buruk, Balita di Tondonggeu Butuh “Uluran Tangan”

  • Bagikan
Petugas bidang kesehatan gizi dan Kepala Puskesmas Nambo foto bersama keluarga balita gizi buruk (tengah dari kanan) FOTO: Harun/Kolaka Pos

KOLAKAPOS, Kendari -- Seorang balita berusia dua tahun menderita gizi buruk ditemukan di Kendari. Budi balita berusia dua tahun yang bermukim di Kelurahan Tondonggeu, kecamatan Nambo, kondisinya memprihatinkan sehingga membutuhkan "uluran tangan

Kondisi badan anak dari pasangan suami-istri Talib dan Masria ini kurus, bahkan berat badannya hanya mencapai sembilan kilogram. Padahal seharusnya balita normal mencapai 13 kilogram. Salah seorang tetangga Wa Ode Azizah menjelaskan, kondisi Budi anak dari pasangan Talib dan Masria ini sangat memprihatinkan. Sebab, Budi hampir setiap saat selalu menangis baik siang maupun di malam hari.

"Kondisi anak ini yang bernama Budi hampir setiap saat selalu menangis setiap waktu. Saat mendengar selalu menangis, jadi saya menduga jangan sampai anak ini sakit," ungkapnya.

Tak tega melihat kondisi anak tersebut lanjut Azizah, sehingga dirinya memberanikan diri mengantar Budi dan ibunya ke Posyandu terdekat untuk diperiksa lebih lanjut. "Ternyata benar, setibanya di Posyandu (6/3) dan ditimbang waktu itu Budi hanya mempunyai berat 7,7 kg dan Posyandu langsung memberitahu bahwa anak ini terindikasi terkena penyakit Busung Lapar dan diberikan vitamin serta biskuit dan makanan lainnya yang mengandung gizi . Sehingga perlu diberikan asupan gizi yang banyak juga harus lebih dipantau setiap saatnya," ujarnya.

Ia mengaku bersyukur kerena berat badan anak tersebut sudah mengalami kenaikan menjadi sembilan kilogram. Alhamdulillah saat ditimbang berat badannya naik menjadi sembilan kilogram," pungkasnya. Sementara itu, La Ode Ganiru yang juga sebagai tetangga mengaku bayi tersebut hampir setiap harinya menangis.

Namun karena memang keterbatasan pemahaman dari kedua orang tuanya jadi hanya bisa diam saja. Ia menjelaskan, pasangan Talib dan Masria ini merupakan warga kelurahan Tondonggeu, namun karena kurangnya pemahaman yang dimiliki sehingga tidak memiliki Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik. Selain itu juga, keluarga tersebut sering ke Sulawesi Tengah untuk bekerja sebagai nelayan

"Memang keluarga Talib dan Masria ini sering kali tidak rumah, karena disamping suaminya sebagai seorang nelayan juga sering pulang ke Sulawesi Tengah, jadi mereka tidak memiliki Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk," jelasnya.

Menurutnya, keluarga tersebut membutuhkan kerjasama dan bantuan semua pihak dan pemerintah agar bisa sembuh dari penyakit gizi buruk ini. Apalagi perkembangannya sangat lambat.

"Kami hanya berharap bantuan semua pihak dan agar membantu. Karena dengan bantuan pemerintah dan masyarakat dapat meringankan beban mereka yang masih hidup dibawah garis kemiskinan," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Nambo Delisan mengatakan, balita gizi buruk itu sudah diberikan perawatan. Baik itu, bantuan makanan balita seperti biskuit, susu, obat dan vitamin.

"Sebenarnya balita ini sudah kami berikan perawatan, baik itu susu, vitamin, biskuit dan obat," ujarnya. Ia mengungkapkan, pihak Puskesmas mengetahui hal tersebut dari petugas gizi. Sebab, pada saat petugas kesehatan menimbang balita tersebut, berat badannya sangat kurang hanya mencapai 7,7 kilogram. Melihat hal tersebut, balita langsung dibawa ke puskesmas untuk diberikan perawatan. Setelah tiga hari, berat badan balita tersebut mengalami kenaikan mencapai sembilan kilogram.

"Saya tahu kasus ini dari petugas bahwa ada gizi buruk. Mendapat informasi tersebut, kami langsung membawanya ke Puskesmas untuk mendapat pertolongan," jelasnya. Ia menambahkan, Puskemas akan memperhatikan balita itu agar mendapatkan bantuan pengobatan. "jelas Kami akan memperhatikan masalah penyakit ini," ujarnya.

Terkait tidak adanya Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk, Ia berharap, pemerintah kelurahan dapat membantunya. "Warga ini tidak memiliki kartu keluarga, kami harapkan pemerintah kelurahan bisa membantunya," tandasnya. (hrn)

  • Bagikan