KOLAKAPOS, Raha -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa (28/5). Pada kedatangannya kali ini, Amran meminta warga Muna untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya. “Kabupaten Muna harus menjadi wilayah yang mandiri pangan. Mimpi saya, di sini jangan ada masyarakat yang beli sayur di pasar. Harus dibangun sistem bagaimana protein dan karbohidrat tanam sendiri. Tanam lah sayur. Pelihara lah ayam. Gizi generasi ini harus lebih baik,” ungkap Amran. Kementerian Pertanian (Kementan), menurut Amran, sudah menyiapkan bantuan benih untuk pengembangan jagung seluas 10.000 hektare. Kementan juga akan menfasilitasi pengembangan ayam KUB dan kambing integrasi. Amran mengharapkan pemerintah dan warga Muna dapat mengelola bantuan tersebut secara maksimal. “Penuhi kebutuhan pangan, jangan sampai ada sejengkal tanah yang tidak dimanfaatkan. Jangan sampai ada air mengalir di bumi ini yang tidak termanfaatkan untuk pertanian,” seru Amran. Dalam kesempatan ini, Amran turut menyoroti permasalahan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi kunci keberhasilan pembangunan pertanian Indonesia ke depannya. Dia meyakini, Muna bisa berkembang menjadi wilayah maju jika semua elemen masyarakat bergerak bersama-sama. “Bapak Ibu berhak menjadi agen perubahan di Muna. Mau mengubah Muna, jangan tunggu malaikat dari langit. Kuatkan tekad di hati, kalau kita bisa mengubah Muna,” sambungnya. Kedatangan Amran kali ini juga untuk meninjau pengembangan komoditi jambu mete sekaligus meninjau kebun mete di Desa Kontunaga Kecamatan Kontunaga, Muna. Berdasarkan informasi Bupati Muna LM. Rusman Emba, produksi tanaman jambu mete para petani di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara mencapai 3.463 ton per tahun. Produksi tersebut merupakan hasil panen dari kebun jambu mete milik para petani seluas 18.379 hektare. “Saat ini luas areal kebun jambu mete di Muna mencapai 31.325 hektar, namun yang berproduksi baru seluas 18.379 hektare,” papar Rusman. Produksi jambu mete gelondongan milik para petani selain diantarpulaukan di Makassar, Sulawesi Selatan dan Surabaya, Jawa Timur, juga sebagian telah diolah melalui industri rumah tangga. Harga biji jambu mete gelondongan berkisar antara Rp11.000 hingga Rp12.000 per kilogram. sedangkan harga biji jambu mete olahan berkisar antara Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram. Dengan potensi besar tersebut, Rusman berharap Kementan dapat memberikan bantuannya sehingga produktivitas jambu mete di Muna terus meningkat. “Mayoritas pohon Jambu mete di sini berusia 30 tahun. Kami harapkan Pak Menteri bisa membantu sehingga jambu mete di sini bisa semakin berkembang,” tuturnya. Menanggapi permintaan Bupati Muna, Amran berjanji akan menurunkan tim Kementan ke lapangan untuk mengidentifikasi lebih lanjut kebutuhan pengembangan jambu mete di wilayah tersebut. Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono menambahkan bahwa berdasarkan perspektif kesesuaian komoditas dengan kondisi kawasannya, Kabupaten Muna ini memang cocok dikembangkan sebagai sentra jambu mete. Kementerian Pertanian pun menaruh harapan besar pada Kabupaten Muna, terlebih untuk komoditas jambu mete yang merupakan salah satu andalan Indonesia. "Untuk tahun 2019 ini program jambu mete dari sumber APBN sudah tersedia untuk 50 hektare. Tahun depan akan kita perluas sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian dengan membangun nursery atau pesemaian bibit jambu mete. Sehingga ketersediaan benih dapat terpenuhi untuk para petani-petani yang nantinya akan dikembangkan secara kawasan," ujar Kasdi. Selain itu, Kasdi juga menyebutkan bahwa tidak tertutup kemungkinan pengembangan jambu mete ke depannya akan diintegrasikan dengan budidaya jagung. “Jagung bisa saja nantinya ditanam di sela-sela jambu mete,” ungkap Kasdi yang turut mendampingi kunjungan Menteri Pertanian ke Kabupaten Muna. (jpnn)