Inflasi 2016 Terendah Sejak 2010
KOLAKAPOS, Jakarta--Tingkat inflasi sepanjang 2016 menunjukkan angka terendah sejak 2010. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada Januari–Desember 2016 mencapai 3,02 persen. Sementara itu, inflasi selama Desember sebesar 0,42 persen. Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, inflasi pada 2011 mencapai 3,79 persen. Namun, inflasi meningkat menjadi 4,3 persen pada 2012. Inflasi lantas melejit menjadi 8,38 pada 2013.
Infasi sempat turun tipis menjadi 8,36 pada 2014. Pada 2015, inflasi berhasil ditekan menjadi 3,35 persen. Penyumbang inflasi selama 2016 adalah cabai merah sebesar 0,35 persen dan rokok keretek (0,18 persen). Selain itu, inflasi disumbang komoditas bawang merah, tarif angkutan udara, bawang putih, pulsa ponsel, ikan segar, tarif kontrak rumah, dan sewa rumah. Sementara itu, inflasi pada Desember 2016 dipengaruhi kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,12 persen. Hal itu terkait dengan libur Natal dan tahun baru. ”Secara umum, inflasi Desember dipengaruhi naiknya transportasi udara,” terang Kecuk. Tantangan inflasi tahun ini diprediksi lebih besar. Sebab, sejumlah komponen inflasi yang dikendalikan pemerintah (administered prices). Di antaranya adalah tarif listrik, elpiji, dan bahan bakar minyak.
”Tekanannya cukup besar untuk bergerak,’’ kata Menko Perekonomian Darmin Nasution di kompleks istana kepresidenan. Meski demikian, pemerintah masih optimistis inflasi pada 2017 tidak melampaui range yang disepakati dengan Bank Indonesia, yakni empat plus minus satu persen. ’’Kalau (administered prices) bisa (dikendalikan), kita optimistis di range itu. Artinya sama dengan tahun lalu,’’ terangnya. Hal lain adalah pemerintah berupaya memastikan kebijakan di sektor pangan mendukung capaian inflasi rendah.
Dengan demikian, harga pangan bisa mengurangi tingginya pergerakan administered prices.
’’Begitu digabung, meski (inflasi) lebih tinggi, tidak terlalu banyak,’’ pungkasnya. (dee/byu/c17/noe)