Impor Baja Tiongkok Hantui Pasar Domestik
KOLAKAPOS, Jakarta--Harga baja dunia yang terus terkerek membuat harga baja domestik turut terkerek. Saat ini, harga baja sudah berada di atas USD 100 per ton, atau naik 14 persen dibanding tahun lalu yang masih dikisaran USD 85 per ton. Direktur Eksekutif Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Hidayat Triseputro mengatakan kenaikan sebenarnya sudah terasa sejak kuartal IV tahun lalu. Kenaikan harga baja dipicu oleh naiknya harga biji besi dan juga komoditas seperti batu bara. “Kami harap kenaikan harga baja ini bisa terus berlanjut sepanjang tahun ini. Sebab, pada 2015 dan 2016 harga baja jeblok lantaran kondisi eknomi global juga sedang buruk,” ujarnya. Hidayat menambahkan, kenaikan harga baja itu juga bergantung jenisnya. Seperti industri baja hulu, tengah, maupun hilir. Untuk industri hilir, kenaikan diyakini bakal lebih tinggi dibanding industri hulu yang terpengaruh kurs rupiah dan harga baja global. “Harga plat baja industri hilir sudah naik 15-20 persen. Saat ini, harga plat baja dalam negeri mencapai USD 400 per ton. Tahun lalu, harganya masih dikisaran USD 360 per ton,” imbuh Hidayat. Meski harga naik, produsen baja domestik tak lantas langsung merasakan margin untung besar.
Hidayat mengaku, hal itu disebabkan masih banyaknya ketergantungan impor baja di pasar domestik. Terlebih, baja asal Tiongkok diyakini bakal mendominasi pasar baja nasional. Produksi baja Tiongkok sepanjang tahun 2016 mencapai 825 juta metric ton baja mentah. Kondisi itu dibarengi dengan pemeritah Tiongkok yang menargetkan produksi baja naik 0,5 persen. “Dari total produksi baja Tiongkok, yang digunakan di negerinya sendiri hanya 87 persen. Sedangkan 13 sisanya di ekspor,” pungkasnya. (gus/rif/jpnn)