Premium Mulai Ditinggalkan, Pertalite Jadi Idola
KOLAKAPOS, Jakarta--Tingkat konsumsi pertamax dan pertalite di tengah masyarakat terus meningkat. Sepanjang Natal dan tahun baru lalu, misalnya. Kala itu, konsumsi dua BBM tersebut mencapai 57 persen. ”Ini menggambarkan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk-produk BBM nonsubsidi pertamina,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, Kamis (5/1) kemarin. Menurut dia, konsumen lebih memilih bahan bakar ramah yang berkualitas sesuai dengan jenis kendaraannya. Sementara itu, PT Pertamina (Persero) telah menaikkan harga pertamax series, pertalite, dan dexlite Rp 300 per liter. Menurut Wianda, kenaikan tersebut berdasar kondisi minyak mentah dunia yang kini menanjak. Perubahan harga dimulai pada 5 Januari 2017 pukul 00.00 WIB. Harga pertamax di Jawa-Bali ditetapkan Rp 8.050 per liter dari semula Rp 7.750 per liter. Adapun di daerah yang sama, harga pertalite menjadi Rp 7.350 per liter dari sebelumnya Rp 7.050 per liter. Di sisi lain, pertamina dex dilepas Rp 8.400 per liter untuk wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sedangkan di Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dilepas Rp 8.500 per liter . Dexlite yang menjadi pilihan baru untuk produk diesel ditetapkan menjadi Rp 7.200 per liter untuk Jawa-Bali-Nusa Tenggara. Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro melihat bahwa keputusan kenaikan harga oleh Pertamina terbilang wajar. ”Dalam konteks bisnis, terbilang masih wajar. Kenaikan harga juga pasti karena keputusan korporasi yang sudah mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya kenaikan harga minyak dunia,’’ katanya. Komadi melihat, kenaikan pertamax series tidak banyak dipengaruhi kinerja perusahaan pelat merah tersebut. Dalam beberapa waktu belakangan, Pertamina menunjukkan kinerja gemilang dengan kenaikan laba hampir 100 persen di kuartal ketiga tahun lalu. ”Kenaikan laba lebih banyak disebabkan efisiensi korporasi,” katanya. Pertamina mencatat laba sampai kuartal ketiga 2016 USD 2,83 miliar. Kinerja itu naik hampir 100 persen dibanding periode yang sama pada 2015. Laba bersih perseroan tersebut naik USD 1,41 miliar dari periode yang sama pada 2015 USD 1,42 miliar. (dee/c21/sof)