Target Produksi Garam Nasional Meleset
KOLAKAPOS, Jakarta--Melesetnya target produksi garam nasional tahun 2016 menimbulkan tanda tanya besar. Pasalnya, sebagai negara dengan garis pantai terpanjang, Indonesia harusnya memiliki kemampuan produksi garam yang besar. Terkait hal itu, guru besar teknik kimia Universitas Indonesia Misri Gozan menjelaskan, panjang garis pantai tidak berkolerasi langsung dengan kemampuan produksi garam. Pasalnya, tidak semua pantai bisa digunakan untuk produksi garam. "Ada syarat mutlak yang harus dimiliki pantai, yaitu gelombang tidak terlalu tinggi, kadar lumpur pada air laut di pantai yang rendah. Jika kadar lumpur tinggi, akan menyebabkan garam sangat buruk kualitasnya," ucap Misri. Selain itu, dia menuturkan, ada faktor tekonologi yang berkontribusi terhadap melesetnya target produksi garam di tahun 2016. Menurutnya, petambak garam masih memakai sistem tradisional dan bukan teknologi tinggi. "Sehingga sulit mencapai kualitas yang baik dan mensiasati iklim yang kadang tak menentu. Misalnya lahan sudah siap tiba-tiba hujan deras lebih dari beberapa jam, maka lahan harus dimulai dari awal lagi persiapannya," tandas Misri. Salah satu faktor yang tak kalah penting, masih kata dia, adalah cuaca. Menurutnya, cuaca menjadi urgen atau penting sekali. "Tahun 2010 dan 2016 ini curah hujan sangat tinggi. Bahkan pada 2010 hampir tidak ada produksi karena nyaris tidak ada musim kering lebih dari 4 pekan. Dimana minimal produksi garam 4 pekan harus tanpa hujan. Jadi cuaca urgen sekali," pungkas Misri. (dil/jpnn)