Rupiah Potensial Tembus Rp 14 Ribu

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Jakarta--Standard Chartered Bank memprediksi dolar Amerika Serikat (USD) bakal menguat atas mata uang dunia termasuk rupiah. Itu diduga karena dipicu sentimen kebijakan rezim Donald Trump bakal mendorong penguatan ekonomi negeri Paman Sam tersebut. Analis Strategi Nilai Tukar untuk ASEAN dan Asia Selatan Standard Chartered Divya Devesh menyebut kebijakan Trump berbuntut positif untuk Amerika Serikat (AS). ”Kondisi itu membuat apresiasi USD terhadap seluruh mata uang utama dunia tidak terhindarkan,” tutur Devesh. Khusus untuk rupiah, Devesh mengungkapkan tahun ini kurs rupiah akan berada di kisaran Rp 13.500 hingga Rp 14 ribu per USD. Artinya, kurs rupiah akan bergerak tak jauh berbeda dengan tahun lalu. Meski begitu, nilai tukar tersebut masih lebih rendah dibanding asumsi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 di kisaran Rp 13.300 per USD. Di sisi lain, fundamental rupiah masih cukup kuat. Itu didukung defisit transaksi berjalan dan inflasi terkendali.  Tidak hanya itu, perbaikan harga komoditas juga memberi dampak positif terhadap kurs rupiah. Karena itu, dari sudut pandang fundamental, Devesh optimistis rupiah berada pada posisi cukup kuat. ”Rupiah disokong fundamental kuat membuat kami yakin,” ujarnya. Tekanan depresiasi terhadap rupiah masih ada kalau penguatan nilai tukar USD lebih tinggi dari proyeksi dan pelemahan kurs yuan lebih dalam. Namun, Devesh meyakini volatilitas rupiah masih bisa dikendalikan dengan baik Bank Indonesia (BI). Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah konsisten bergerak menguat sepanjang perdagangan seiring performa buruk USD.  Rupiah ditutup surplus 0,31 persen atau 41 poin menjadi Rp 13.369 per USD setelah diperdagangkan di kisaran Rp 13.344-13.397 per USD. Pada perdagangan Jumat (20/1) lalu, rupiah ditutup minus 0,25 persen atau 34 poin ke posisi Rp 13.410 per USD. Apresiasi rupiah kemarin sejalan penguatan mata uang lain di Asia Tenggara, yaitu dolar Singapura (0,47 persen), baht Thailand (0,24 persen), ringgit Malaysia (0,16 persen), dan peso Filipina (0,12 persen). Indeks USD mengukur pergerakan mata uang dolar terhadap mata uang utama lain terpantau melemah 0,29 persen atau 0,290 poin ke posisi 100,450. USD melemah terhadap won dan sejumlah mata uang utama lain di tengah ketidakpastian akan kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump saja dilantik. Ada pun, harga minyak WTI kontrak Maret 2017 terpantau melorot 0,70 persen atau 0,37 poin ke posisi USD 52,85 per barel. Patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Maret 2017 ikut terkoreksi 0,47 persen atau 0,26 poin ke USD 55,23 per barel. (far/jpnn)
  • Bagikan