Penuhi Pasar Domestik, Petani Hilirisasi Produk Kopi

  • Bagikan
KOLAKAPOS, Kolaka--Cuaca yang tak menentu membuat produksi tanaman kopi di Jawa Timur diprediksi menurun 20-30 persen tahun ini. Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) Jatim Bambang Sriono menyatakan, curah hujan mengganggu masa pembungaan pada tanaman kopi. Untuk memenuhi pasar domestik, banyak petani kopi yang melakukan hilirisasi produk.Yaitu, dari biji kopi siap roasting atau green bean menjadi biji kopi roasting dan kopi bubuk, agar mendapat nilai tambah. ”Hampir semua sentra kopi di Jatim sudah melakukan hilirisasi,” ujarnya Daerah-daerah yang telah melakukan hilirisasi adalah Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember, Lumajang, Pasuruan, Malang, Probolinggo, Mojokerto, Jombang, Kediri, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, serta Magetan. Bambang menjelaskan, penurunan produksi tahun ini dapat memengaruhi pasar ekspor. Namun, hal itu tidak membuat pasar kopi dalam negeri lesu. Kenyataannya, permintaan biji kopi, roast bean, dan kopi bubuk terus meningkat seiring dengan menjamurnya kedai. ”Tahun lalu, produksi kopi rakyat Jatim 78.745 ton dan yang diekspor 58.600 ton. Tetapi, tahun ini, kendalanya memang faktor cuaca,” terangnya. Masalahnya, kopi-kopi di Jatim, terutama di daerah yang berada di bawah khatulistiwa, hanya memiliki masa panen setahun sekali. Kopi Arabika dipanen pada bulan kelima dan Robusta pada bulan ketujuh. ”Yang bisa dipanen sepanjang tahun atau tiga bulan sekali itu kopi yang tumbuh di daerah di atas khatulistiwa. Misalnya, di Aceh, panennya sepanjang tahun,” jelas Bambang. Dia menambahkan, sampai saat ini, harga kopi cukup stabil dan ada kemungkinan cenderung naik karena adanya hambatan produksi. Di pasar domestik, harga kopi mentah dibanderol Rp 22–25 ribu per kg. Untuk kopi Robusta dan Arabika, harganya Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per kg. Sementara itu, harga kopi yang sudah diolah menjadi kopi roasting mencapai Rp 90 ribu per kg untuk kopi jenis Robusta dan Rp 150–200 ribu per kg untuk kopi Arabika. (Jpnn)
  • Bagikan